Nationalgeographic.co.id – Angka penderita diabetes di Indonesia bisa dibilang cukup tinggi. Pada 2017, Indonesia Diabetic Federation (IDF) menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-6 dengan pengidap diabetes terbanyak di dunia. Ada sekitar 10,3 juta orang berusia 20-79 tahun yang mengidap penyakit tersebut.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar Dasar (Riskesdas), angka prevalensi diabetes di Indonesia juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% pada 2018.
Ditemui dalam acara Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia, pada Rabu (13/11) lalu, Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM, menyatakan bahwa salah satu penyebab mengapa angka diabetes di Indonesia cukup tinggi adalah karena banyak yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap diabetes.
“Diabetes disebut sebagai silent killer karena banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut. Padahal, diabetes merupakan ibu dari segala penyakit degeneratif seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, dan disfungsi ereksi,” paparnya.
Baca Juga: Lima Jenis Teh yang Dianggap Efektif untuk Menurunkan Berat Badan
Apa yang disampaikan oleh dr. Eliana, senada dengan data Riskesdas Litbangkes tahun 2018 dan Konsensus PERKENI 2015. Diketahui bahwa 75% penyandang diabetes tidak tahu jika dirinya memiliki penyakit berbahaya tersebut. Sementara dari 25% pengidap diabetes yang sudah tahu, hanya 17% saja yang menjalani pengobatan. Inilah yang kemudian membuat pengidap diabetes terkena komplikasi seperti serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal dan akhirnya menyebabkan kematian.
Langkah utama untuk mencegahnya adalah dengan mulai memperhatikan penyakit diabetes, termasuk gejala awal. Diagnosis dan tindakan cepat menjadi titik awal untuk hidup sehat dengan diabetes. Semakin lama terdiagnosis dan diobati, akibatnya akan lebih buruk bagi penyandang diabetes.
“Gejala diabetes seringkali tidak disadari. Beberapa di antaranya yang sering muncul adalah rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil, sering merasa ngantuk, sering merasa lapar dan lemas,” papar Eliana.
Teknologi dasar seperti pemeriksaan gula darah umumnya telah tersedia di berbagai fasilitas kesehatan di negeri ini. Jika sudah terdeteksi, maka langsung diskusikan pola perawatan yang tepat dengan dokter, sehingga semakin kecil kerusakan akibat risiko diabetes.
“Mengontrol diabetes adalah komitmen harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Karena dengan melakukan pengontrolan dan penanganan diabetes yang tepat dapat menghindari komplikasi akibat diabetes,” imbuhnya.
Baca Juga: Gratis dan Mudah, Olahraga Lari Bisa Membuat Anda Panjang Umur