Akses Internet Cepat Guna Mendukung Layanan Kesehatan di Sangihe

By National Geographic Indonesia, Kamis, 28 November 2019 | 11:23 WIB
Nelda Riska Mansauda, petugas administrasi di Puskesmas Tona,Tahuna Timur, sedang menginput data pasien. (Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Di antara hiruk pikuk kota-kota besar di Indonesia yang kita ketahui, ada pula wilayah di Indonesia bagian Tengah, yang di sana baru merasakan akses internet cepat. Wilayah tersebut antara lain kabupaten Kepulauan Sangihe yang bearada di pinggiran Indonesia berdekatan dengan negara Filipina. Kepulauan Sangihe terdiri dari sebanyak 105 pulau, tapi 26 pulau saja yang berpenghuni. Sejumlah 79 pulau lainnya masih tidak berpenghuni.

Pada Desember 2018, BAKTI telah menuntaskan pembanguanan Palapa Ring Tengah untuk kemajuan akses internet di Kepulauan Sangihe. Palapa Ring Tengah merupakan  bangunan tol informasi dalam bentuk serat optik yang menghubungkan Sangihe ke seluruh wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Jaringan Internet oleh BAKTI untuk Pelajar

Pembangunan PRT bertujuan untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dalam jaringan telekomunikasi. Selain itu, Palapa Ring Tengah juga bertujuan untuk mengikis kesenjangan layanan telekomunikasi antara wilayah Pulau Jawa dengan wilayah lain di Indonesia.

Sangihe memiliki 15 kecamatan dengan 17 puskesmas. Terdapat dua puskesmas yang memakai sistem rujukan daring, yaitu Puskesmas Tahuna Timur di Kelurahan Tona I, dan Puskesmas Manganitu di Desa Mala. Keduanya belum masih memakai Wifi milik operator swasta.

Pelayanan pengambilan resep obat di Puskesmas Enemawira, Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe. (Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)

Selain rujukan daring, semua puskesmas juga sudah memakai aplikasi Primary Care (PCare) garapan BPJS. Namun, kendala yang dialami di setiap puskesmas adalah sulitnya mendapatkan jaringan internet. Walaupun sudah terdapat jaringan seluler dan wifi di Puskesmas Marore, jaringan tersebut hanya bisa digunakan untuk telepon dan aplikasi pesan. Untuk rujukan daring, mereka masih memakai rujukan luring atau manual.

Kepala BPJS Kabupaten Kepualaun Sangihe, Reegen Polii, saat dikonfirmasi via telepon, mengatakan bahwa kendalanya terdapat pada jaringan internet yang sulit diakses. "Kendalanya yaitu pada jaringan internet; kecepatan dan kemampuan jaringan di tiap puskesmas itu lambat. Bahkan ada yang tidak bisa diakses."

Padahal, menurutnya, aplikasi milik BPJS itu sejatinya mudah dioperasikan. "Sebenarnya aplikasi itu ringan dan bisa diakses cukup menggunakan android. Saat ini yang memakai aplikasi PCare dan rujukan daring yaitu Puskesmas Tona dan Puskesmas Manganitu," tambahnya.

Nelda Riska Mansauda (27), seorang petugas rujukan daring sekaligus operator PCare bercerita tentang internet di Sangihe. Nelda bertugas menginput data pasien dan dia kerap terkendala dengan jaringan internet untuk membuka aplikasi PCare, maupun saat membuat rujukan daring.

Menurut Eda, dulunya jaringan di puskesmas sempat bagus setelah diperbaiki oleh petugas jaringan. Namun tidak lama, akses internet menjadi lambat kembali bahkan kadang tidak bisa mengakses. Dia pun berharap agar jaringan segera diperbaiki. Nelda berharap demikian, selain agar memudahkan pekerjaannya,  dia juga ingin pasien tidak berlama-lama menunggu di puskesmas maupun di rumah sakit.

Dokter Marsye V. Ohy, salah satu dokter di Puskesmas Enemawira, Tabukan Utara, Kepulauan Sangihe sedang melayani pasien. ( Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)