Nationalgeographic.co.id - Indonesia memiliki loka wisata yang amat banyak, yang bertebaran dari ujung timur ke ujung barat. Bahkan cukup banyak yang berlokasi di wilayah terpencil, jarang diketahui, dan disebut sebagai “surga tersembunyi”. Di Indonesia bagian barat, terdapat kepulauan Natuna yang loka wisatanya masih alami dan asri.
Dahulu, akses internet di Natuna merupakan hal yang sulit didapat. Kini semenjak dibangun dan dioperasikannya Palapa Ring Barat oleh Bakti, kebutuhan akses internet masyarakat Natuna jadi terpenuhi. Selain itu, kebutuhan wisatawan untuk membagikan foto dan video kegiatan wisata mereka kini menjadi tidak sulit.
Baca Juga: Asa dari Tepian Nusantara, Tol Langit Jadi Tumpuan Warga Sangihe di Era Disrupsi
Saya sempat mengunjungi loka wisata di Natuna yang masih alami, nama loka wisatanya yaitu Batu Sindu. Loka wisata Batu Sindu berupa batu-batu besar yang terhampar dari atas bukit hingga ke permukaan laut. Saya menuruni bukit hingga tiba dan menginjakkan kaki di permukaan pasir pantainya.
Air laut di sini terlihat amat jernih dan jumlah sampah yang ada di sini sangatlah sedikit. Surga tersembunyi Batu Sindu seringkali didatangi wisatawan mancanegara. Kebanyakan para wisatawan mengetahui informasi loka wisata Batu Sindu dari media sosial.
“Di tahun sebelumnya sebelum ada Palapa Ring Barat, kami kesulitan untuk mendapatkan sinyal internet,” terang Arief Naen (30), Penggiat Pariwisata Natuna. “Padahal dengan tersedinya sinyal internet di tempat wisata, masyarakat maupun wisatawan dengan mudah dapat membagikan foto atau video mereka selama berwisata di Natuna.”
Di kepulauan Natuna juga terdapat pulau-pulau kecil yang memiliki keindahan alami berupa pasir putihnya yang indah, salah satunya yaitu pulau Senoa. Pada 2015 dan 2016, Naen bersama dengan para anggota karang taruna desa Sepempang sempat mengadakan sebuah aksi nyata beergotong-royong membersihkan pulau Senoa. Mereka juga melakukan penanaman 120 bibit cemara pantai dan pelepasan penyu. Kegiatan tersebut tentu menjadikan pulau Senoa menjadi pulau yang terjaga keasriannya.
Dekat dari kepulauan Natuna, terdapat kepulauan Anambas. Keduanya masih tergabung ke dalam provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan Anambas dulunya merupakan satu kesatuan dengan Kabupaten Natuna. Hingga pada 2008, Anambas akhirnya memisahkan diri.
Masyarakat kepulauan Anambas pada tahun 90-an masih banyak yang menggunakan mata uang dolar Singapura dan Ringgit Malaysia untuk transaksi jual beli. Mata uang tersebut digunakan lantaran, pada saat itu, banyak sekali masyarakat mancanegara yang menjumpai kepulauan Anamabas. Baik untuk tujuan berwisata maupun melakukan jual beli.
Kepulauan Anambas terdiri dari sebanyak 255 pulau yang jauh-jauh, dan destinasi wisata di kepulauan Anambas yaitu pulau-pulau yang jauh tersebut. Loka wisata yang popular di kepulauan Anambas salah satunya yaitu Batu Lepe. Loka wisata Batu Lepe berupa kumpulan batu-batu besar berposisi merebah. Di sore hari, loka wisata Batu Lepe ini sering kali akan sangat ramai. Karena dari sini, masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan matahari perlahan-lahan tenggelam dengan sempurna.
Baca Juga: Jaringan Internet oleh BAKTI untuk Pelajar
Kini akses internet di kepulauan Anambas menjadi lebih mudah semenjak dibangunnya Palapa Ring Barat. Walaupun masih belum stabil, keadaan saat ini sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat berharap akses internet di kepulauan Anambas dapat diperluas lagi hingga menjangkau bahkan sampai ke pulau-pulau terpencil.
“Dengan adanya akses internet saat ini, saya berharap masyarakat dan wisatawan dapat mengenalkan kepulauan Anambas ke dunia luas merupakan surga yang tersembunyi, Agar mereka tahu bahwa Anambas itu indah,” ujar Rusdi (45), Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Anambas.