Benarkah Meteorit Raksasa Pernah Menghantam Bumi 12 Ribu Tahun Lalu?

By National Geographic Indonesia, Rabu, 18 Desember 2019 | 11:31 WIB
Ilustrasi meteor yang terbakar di langit. (SIYAMA9/Getty Images/iStockphoto)

Tampaknya mungkin (meski belum pasti) kawah ini berkaitan dengan meteorit yang dihipotesiskan menghantam bumi pada masa Younger Dryas dan memberikan konsekuensi global.

Efek dari dampak meteorit berpotensi berkontribusi pada kepunahan di berbagai wilayah di dunia. Tidak ada keraguan bahwa lonjakan platium di Amerika Utara bertepatan dengan kepunahan hewan dalam skala besar sekitar 12.800 tahun lalu.

Kepunahan di Afrika

Dalam konteks Afrika Selatan, tim kami menyarankan bahwa debu kosmik yang kaya akan platinum dan dampak lingkungan terkait mungkin telah berkontribusi pada kepunahan hewan besar yang memakan rumput. Hal ini telah didokumentasikan di tempat-tempat seperti Boomplas dekat Gua Kongi di selatan Cape, Afrika Selatan, yang telah dilakukan penggalian penting di sana.

Setidaknya tiga spesies punah di anak benua Afrika. Ini termasuk kerbau raksasa (Syncerus antiquus), zebra besar (Equus capensis), dan rusa kutub besar (Megalotragus priscus). Masing-masing hewan ini setidaknya memiliki berat sekitar 500 kilogram lebih berat dari hewan modern jenisnya.

Mungkin ada lebih dari satu penyebab kepunahan ini. Perburuan oleh manusia dapat menjadi salah satu faktornya. Kehidupan kerbau, zebra, dan rusa kutub besar sebenarnya telah dipengaruhi oleh perubahan habitat pada akhir Zaman Es yang terjadi paling dingin sekitar 18.000 tahun lalu.

Bagaimana dengan populasi manusia? Dampak kosmik secara tidak langsung dapat mempengaruhi manusia sebagai akibat dari perubahan iklim yang secara tiba-tiba ini, seperti perubahan lingkungan lokal dan ketersediaan sumber makanan. Alat-alat batu yang ditemukan tentu berhubungan dengan identitas budaya manusia yang hidup pada masa lalu.

Sekitar 12.800 tahun lalu, setidaknya di beberapa bagian Afrika Selatan, terdapat bukti penghentian teknologi “Robberg”, yang tampaknya berlangsung tiba-tiba, ditandai dengan ditemukannya alat-alat batu misalnya di Gua Boomplas.

Secara kebetulan, situs arkeologi Amerika Utara juga menunjukkan akhir penggunaan teknologi alat-alat batu yang disebut Clovis.

Tapi terlalu dini untuk mengatakan bahwa kebudayaan-kebudayaan ini terkait dengan faktor penyebab yang sama.

Cek realitas

Hipoteses Dampak Younger Dryas, dan bukti yang mendukungnya, menjadi pengingat seberapa besar yang dapat berubah ketika sebuah objek batuan, seperti komet, asteroid, atau meteorit, menabrak bumi. Banyak asteroid yang berada di antara Mars dan Jupiter, dan kadang-kadang beberapa dari mereka sangat dekat dengan planet kita. Kemungkinan asteroid berukuran besar menghantam bumi mungkin tampak rendah, tapi ini bukan berarti tidak mungkin terjadi.

Mengambil contoh Apophis 99942. Asteroid ini diklasifikasikan sebagai asteroid berpotensi berbahaya. Berukuran lebar 340 meter, asteroid ini akan bergerak sangat dekat dengan bumi pada Jumat 13 April 2029 (dalam kaitannya dengan Satuan Astronomi, yang didefinisikan sebagai jarak antara bumi dan matahari). Kemungkinan Apophis 99942 menghantam bumi dalam 10 tahun ke depan hanya 1 berbanding 100.000. Namun, kemungkinan dampak yang diberikan mungkin lebih tinggi pada suatu saat pada masa depan.

Baca Juga: Mengapa Belum Ada Lagi Manusia yang Mengunjungi Bulan Sejak 1972?

Terlebih lagi, komet dari Kompleks Taurid juga bergerak relatif semakin mendekati bumi tiap abadnya. Jadi asteroid besar atau komet dapat jatuh menghantam bumi pada masa yang akan datang.

Hipotesis Dampak Younger Dryas sangat kontroversial. Tapi bukti menunjukkan bahwa tidak mungkin sebuah meteorit besar menghantam bumi 12.800 tahun lalu dan menyebabkan dampak global.

Penulis: Francis Thackeray, Honorary Research Associate, Evolutionary Studies Institute, University of the Witwatersrand

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.