Dari Siri Hingga Alexa, Ini Sisi Gelap dari Teknologi Asisten Pribadi

By National Geographic Indonesia, Kamis, 19 Desember 2019 | 11:01 WIB
Teknologi asisten pribadi. (t3.com)

Misalnya, pernah ada kejadian sepasang suami-istri di Oregon harus mencabut perangkat Alexa, asisten virtual Amazon, karena percakapan pribadi mereka direkam dan dikirim ke salah satu teman yang terdaftar di kontak mereka.

Dalam insiden lain, seorang laki-laki Jerman secara tidak sengaja menerima akses ke 1.700 file audio Alexa milik orang asing yang tak dikenalnya. File-file tersebut mengungkapkan nama orang lengkap dengan kebiasaan, pekerjaan, dan informasi sensitif lainnya.

Kesadaran akan hak istimewa

Meningkatnya popularitas dan ketersediaan asisten digital pribadi telah menghasilkan pelebaran pada sesuatu yang disebut kesenjangan digital. Paradoks yang menarik; individu yang sadar dan peka terhadap masalah privasi biasanya membatasi penggunaan alat-alat digital, sementara pengguna yang kurang sadar terhadap perlindungan privasi secara luas memasukkan asisten pribadi ke dalam kehidupan digital mereka.

Asisten digital merekam data terus menerus atau bisa juga menunggu perintah untuk menjadi aktif. Mereka tidak membatasi pengumpulan data hanya untuk informasi pemilik atau pengguna resmi. Asisten digital pribadi bisa saja mengoleksi dan memproses data pribadi pengguna yang tidak disetujui, seperti suara mereka.

Dalam masyarakat yang terbagi secara digital, seseorang yang mengerti privasi tidak akan melibatkan peralatan seperti itu ke dalam kehidupan mereka, sementara yang lain mungkin menerima atau merasionalisasi perilaku tersebut.

Menghormati privasi orang lain

Pada era perangkat dan akses internet di mana-mana, apa yang seharusnya kita lakukan menghadapi paradoks ini sekaligus menghormati ruang dan pilihan satu sama lain?

Mari kita lihat kembali asisten digital pribadi imajiner kita. Asisten digital pribadi harus memproses berbagai sumber informasi mengenai tamu Anda untuk beroperasi sebagai tuan rumah yang pintar. Apakah asisten digital menggunakan semua data itu untuk pengolahan algoritme atau malah melanggar privasi tamu Anda? Pertanyaan ini akan bergantung pada siapa Anda akan bertanya karena jawabannya akan berbeda-beda.

Ajaran sopan santun atau etiket kita pada dasarnya memberi tahu bahwa kita memiliki tanggung jawab sosial dan etis untuk menghormati nilai yang dipegang satu sama lain dalam hal teknologi digital. Kendati demikian, implikasi dan pertumbuhan teknologi ini sangat signifikan dan cepat sehinga kita belum mampu mendefinisikan kembali norma dan harapan sosial yang seharusnya menjadi kesepahaman bersama masyarakat.

Misalnya, sebagai tuan rumah, apakah kita memiliki kewajiban etis terhadap tamu kita untuk memberi tahu mereka tentang asisten digital pribadi kita? Apakah sopan bagi pengunjung rumah untuk meminta tuan rumah mematikan alat digital mereka? Haruskah kita menanyakan tentang keberadaan alat pintar dan asisten digital sebelum tiba di rumah teman, hotel, atau AirBnB.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini adalah ya, menurut pakar etiket Daniel Post Senning. Senning menjelaskan bahwa kita cukup bertanya pada diri kita sendiri. Apakah kita ingin diberitahu bahwa kita sedang direkam baik dalam pertemuan bisnis maupun pertemuan pribadi? Atau apa kita akan menerima jika diminta untuk mematikan alat digital jika kita menjadi tuan rumah? Aturan etiket bersifat universal: memegang nilai kejujuran, kebaikan, dan selalu menjadi perhatian bersama.

Beri tahu kolega dan tamu Anda bahwa perangkat digital Anda dapat merekam suara, gambar, atau informasi lainnya. Begitu juga minta tuan rumah Anda untuk mematikan asisten digital jika Anda tidak nyaman mereka berada di sekitar Anda. Tapi berhati-hatilah. Anda mungkin tidak ingin meminta tuan rumah Anda untuk mematikan asisten digital apabila ada sanak keluarganya yang berusia lanjut atau difabel dan bergantung pada alat-alat tersebut.

Baca Juga: LabTek Apung, Belajar Sains di Atas Getek Bagi Warga Bantaran Kali

Menjaga privasi kolektif

Privasi adalah norma sosial yang harus kita pertahankan bersama. Pertama-tama, kita perlu mendidik diri kita sendiri mengenai keamanan dunia maya dan risiko potensial dari teknologi digital. Kita seharusnya juga proaktif dalam mengikuti berita terkini mengenai teknologi dan mengambil tindakan saat diperlukan.

Peran pemerintah dalam paradigma kompleks ini sangat penting. Kita membutuhkan undang-undang privasi yang lebih kuat untuk mengatasi masalah privasi yang berhubungan dengan asisten digital pribadi. Kini, perusahaan seperti Amazon, Google, dan Apple sedang membuat aturan tersebut.

Pihak yuridiksi lainnya telah mengembangkan dan mengimplementasikan peraturan seperti Europe’s General Data Protection Regulation (GDPR) yang menyediakan pengawasan pada pengumpulan data untuk berbagai perangkat rumah tangga. Kanada dan negara lain harus mengikuti langkah seperti ini.

Penulis: Rozita Dara, Assistant Professor, Computer Science, University of Guelph

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.