Simbol perayaan
Pada 1295, Marco Polo membawa kembang api dari Tiongkok ke Eropa. Kemudian, sekitar abad ke-13, bubuk mesiu dan resep untuk menciptakannya pun tersebar di sana–juga Semenanjung Arab--melalui para diplomat, penjelajah dan misionaris Prancis.
Dari sana lah, Barat mulai mengembangkan mesiu menjadi senjata yang lebih kuat seperti meriam dan senapan.
Meski begitu, orang-orang Barat tetap mempertahankan ide orisinal kembang api dan menggunakannya saat perayaan. Di abad pertengahan, para pelawak bahkan menyalakan kembang api untuk menghibur para penontonnya.
Kembang api sebagai bagian dari hiburan juga disetujui oleh pemimpin-pemimpin Inggris. Kembang api pertama di Kerajaan Inggris dinyalakan untuk merayakan pesta pernikahan Henry VII pada 1486.
Tidak mau kalah, Peter the Great yang merupakan Tsar Russia, menyelenggarakan pertunjukkan kembang api selama lima jam saat kelahiran putranya.
Saat orang-orang Eropa akhirnya berkelana ke Dunia Baru (Benua Amerika), resep kembang api mereka pun ikut terbawa ke sana. Menurut History.com, Kapten John Smith adalah orang yang pertama kali menyalakan kembang api di Jamestown, Virginia, pada 1608.
Meski begitu, tradisi pesta kembang api di Amerika, baru mulai dilaksanakan pada 4 Juli 1776, untuk merayakan Deklarasi Kemerdekaan.
Hingga kini, setiap peringatan Hari Kemerdekaan AS (Fourth of July), selalu dimeriahkan dengan pertunjukkan kembang api.
Kembang api warna-warni
Selama Renaisans, sekolah-sekolah piroteknik (teknik pembuatan kembang api dan petasan) bermunculan di Eropa. Murid-murid di sana diajarkan untuk menciptakan ledakan yang rumit.
Di Italia, kembang api sangat populer. Pada 1830-an, orang-orang di negara tersebut, menambahkan sejumlah kecil logam dan bahan lainnya untuk meningkatkan kecerahan cahaya dan menciptakan berbagai bentuk pada ledakan kembang api.
Baca Juga: Monumen Colombus, Kenangan Untuk Sang Penjelajah yang Kesasar
Mereka juga bisa menambahkan warna pada kembang api. Kala itu, semua letupan kembang api berwarna oranye.
Namun, warga Italia tak puas dengan hal tersebut. Mereka kemudian mulai menggabungkan beragam senyawa – menciptakan warna kembang api yang mirip dengan saat ini.
Mereka menggunakan strontium untuk memunculkan warna merah, barium untuk hijau, tembaga untuk biru, dan sodium buat kuning.