Stres Terbukti Mempercepat Penuaan, Mengapa Bisa Begitu?

By National Geographic Indonesia, Rabu, 15 Januari 2020 | 13:50 WIB
Stres diketahui dapat mempercepat penuaan. (robertprzybysz/Getty Images/iStockphoto)

Dengan mengetahui hal ini, kami bertanya satu pertanyaan sederhana. Dapatkah berbagai jenis stres yang dialami seseorang benar-benar mempercepat laju penuaan mereka?

Stres dan ketegangan

Dalam penelitian kami, yang dipimpin oleh kolega saya Marion Chatelain dari University of Warsaw (sekarang University of Innsbruck di Austria), kami memilih untuk melihat pertanyaan ini seluas mungkin.

Banyak penelitian yang telah melihat permasalahan ini pada spesies tertentu, seperti mencit, tikus, serta berbagai spesies ikan dan burung (baik liar maupun di laboratorium). Kami mengumpulkan bukti yang tersedia dari sumber pengetahuan yang ada, pada semua organisme vertebrata yang diteliti sejauh ini.

Gambaran yang muncul jelas menunjukkan bahwa hilangnya telomer sangat dipengaruhi oleh stres. Dengan mengasumsikan semua faktor lainnya sama, stres memang mempercepat hilangnya telomer dan mempercepat jam sel internal.

Utamanya, jenis stres itu penting: sejauh ini dampak negatif terkuat disebabkan oleh infeksi patogen, persaingan untuk mendapatkan sumber daya, dan kebutuhan intensif untuk reproduksi.

Stresor lain, seperti pola makan yang buruk, gangguan manusia atau kehidupan perkotaan, juga mempercepat penuaan sel, meskipun pada tingkat yang lebih rendah.

Menjadi radikal

Pertanyaan yang berkaitan muncul: Apa yang membuat stres berpengaruh begitu kuat pada jam sel? Apakah terdapat mekanisme tunggal, atau banyak? Analisis kami mungkin telah mengidentifikasi satu kandidat potensial: “stres oksidatif”.

Sel yang mengalami stres akan mengumpulkan molekul pengoksidasi, seperti radikal bebas. Telomer, karena berada di ujung kromosom kita yang terbuka, adalah sasaran sempurna untuk diserang oleh molekul-molekul yang reaktif secara kimia ini.

Analisis kami menunjukkan bahwa, terlepas dari jenis stres yang dialami, stres oksidatif ini bisa jadi merupakan proses biokimia sebenarnya yang menghubungkan antara stres dan hilangnya telomer. Apakah ini berarti kita harus makan lebih banyak antioksidan untuk menjaga telomer kita perlu diteliti lebih lanjut.

Saya tahu apa yang Anda pikirkan: Apakah ini berarti kita telah menemukan rahasia penuaan? Apakah kita dapat menggunakan pengetahuan ini untuk memperlambat proses penuaan atau menghentikannya? Jawaban singkatnya adalah: tidak.

Baca Juga: Mengapa Tangan Kita Berkeringat Ketika Merasa Gugup? Ini Penjelasannya

Proses penuaan itu terlalu mendasar bagi biologi kita untuk dapat disingkirkan sepenuhnya. Tapi penelitian kami menggarisbawahi sebuah kebenaran penting: dengan mengurangi stres, kita melakukan hal yang baik bagi tubuh kita.

Di dunia modern, sulit untuk melepaskan diri dari stres sepenuhnya, namun kita dapat membuat keputusan sehari-hari untuk menguranginya. Tidur yang cukup, minum air yang cukup, makan dengan sehat, dan jangan memaksakan diri terlalu keras. Hal itu tidak akan membuat kita hidup abadi, namun dapat membuat sel kita terus berdetak.

Aisha Amelia Yasmin menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

Penulis: Szymek Drobniak, DECRA Fellow, UNSW

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.