Menstrual Cup, Solusi untuk 2,3 Miliar Lembar Sampah Pembalut?

By Daniel Kurniawan, Senin, 10 Februari 2020 | 14:55 WIB
Ilustrasi menstrual cup (Freepik.com/user6014584)

Nationalgeographic.co.id - Siklus menstruasi atau datang bulan merupakan siklus yang lumrah bagi setiap wanita yang telah puber. Selama tiga hingga tujuh hari, terjadi pendarahan uterus disertai pelepasan endometrium, lapisan terdalam pada rahim dan tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi.

Jika Anda seorang wanita, selama kurang lebih seminggu berapa kira-kira jumlah pembalut bekas yang menumpuk di tempat sampah? Jika sehari ada empat pembalut yang dipakai, artinya ada sekitar 28 pembalut dalam satu siklus bulanan Anda.

Maka jika melihat data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, penduduk perempuan dari rentang usia 10-49 tahun di Indonesia berjumlah 82,6 juta orang akan menumpuk 2,3 milyar lebih sampah pembalut setiap bulannya.

Baca Juga: Studi: 35 Juta Hektar Hutan di Indonesia Tidak Memiliki Tutupan Hutan

Kini, semakin marak kampanye untuk mengurangi pemakaian plastik dengan produk yang bisa dipakai berkali-kali. Akan tetapi, bukan hanya sedotan atas tas belanja yang harus diganti, pembalut sekali pakai juga wajib dilakukan hal serupa, salah satu inovasinya adalah menstrual cup.

Menstrual cup adalah produk substitusi pembalut yang berbentuk corong dan terbuat dari karet atau silikon. Berbeda dengan pads atau tampon, menstrual cup hanya berfungsi menampung darah menstruasi, bukan menyerapnya.

Menstrual cup dapat dipakai selama 6 bulan hingga 10 tahun, tergantung jenis dan bagaimana perawatannya. Selain itu, setidaknya dapat menampung darah hingga 40 ml, sehingga dalam sekali pasang dapat digunakan 6 sampai 12 jam.

Baca Juga: Akibat Virus Corona, Penjualan Masker Anjing di Tiongkok Ikut Melonjak

Namun, menstrual cup harus selalu dicuci bersih setelah digunakan, juga perlu disterilisasi dengan merebusnya di air mendidih setiap sebelum dan sesudah siklus menstruasi untuk menjaga higienitasnya.

Tanpa perawatan yang telaten, penggunaan pembalut ini justru akan punya risiko sejumlah gangguan kesehatan, seperti iritasi dan infeksi pada vagina, sama seperti risiko dari pembalut sekali pakai konvensional.