Nationalgeographic.co.id - Dari tahun ke tahun, e-commerce Tanah Air menggeliat sangat cepat. Berdasarkan hasil riset Merchant Machine mengenai sepuluh negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat, Indonesia memimpin jajaran negara-negara tersebut dengan pertumbuhan 78% pada 2018.
Rata-rata uang yang dibelanjakan masyarakat Indonesia di situs belanja daring mencapai US$ 228 per orang atau sekitar Rp 3,19 juta per kepala.
Badan Pusat Statistik juga melengkapi data tersebut dengan menunjukan pertumbuhan angka pengiriman lewat kurir yang terus meningkat--berbanding lurus dengan pertumbuhan e-commerce.
Baca Juga: Limbah Domestik Masih Dominan dalam Pencemaran Lingkungan Indonesia?
Meskipun kehadiran e-commerce memudahkan kita untuk membeli barang secara daring, tapi tak dapat dipungkiti bahwa penggunaan plastik semakin dibutuhkan untuk membalut barang yang dibeli lewat e-commerce.
Sampah plastik merupakan salah satu faktor yang memperparah perubahan iklim. Pasalnya, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengeluarkan emisi ke atmosfer. Belum lagi, perilaku beberapa oknum yang membakar sampah, emisi yang dihasilkan semakin berdampak pada iklim dan kesehatan.
Baca Juga: Batasi Konsumsi Pribadi, Salah Satu Upaya Menjaga Lingkungan
Untuk dapat mengurangi penggunaan plastik saat berbelanja di e-commerce atau daring, berikut hal yang bisa kita lakukan, dikutip dari World Resources Institute (WRI) Indonesia:
- Jika tersedia, pilih kemasan yang nantinya lebih mudah terurai seperti kardus.
- Pastikan spesifikasi barang, baik itu ukuran, warna, jenis, kelengkapan, dan lain halnya sudah sesuai keinginan. Hal ini dimaksudkan agar menghindari retur barang.
- Pilihlah metode pengiriman reguler untuk mengoptimalkan kapasitas pengiriman kurir.
- Ajak kerabat atau keluarga untuk berbelanja bersama agar meminimalisir jumlah pengiriman.
- Jika memungkinkan, beli langsung barang yang dibutuhkan di toko terdekat, atau Cash on Delivery (COD)