Longsor dan Upaya Pemulihan Lahan di Lokasi Bencana Sukajaya

By Warsono, Selasa, 4 Februari 2020 | 16:09 WIB
Lahan yang terkena bencana longsor pada 1 Januari 2020 di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Pada awal Januari 2020 lalu terjadi bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa sepuluh desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Sepuluh desa yang terdampak adalah Desa Cisarua, Cileuksa, Kiarasari, Kiarapandak, Harkatjaya, Pasir Madang, Jayaraharja, Sukamulih, Sipayung, dan Desa Urug.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang merilis laporan pemerikasaan gerakan tanah di Kecamatan Sukajaya Bogor, penyebab longsor dikarenakan oleh interaksi kondisi geologi dengan sifat tanah pelapukan yang porous dan mudah luruh jika terkena air, kemiringan lereng yang terjal sampai sangat terjal dan beberapa tempat hampir tegak. Curah hujan tinggi yang mencapai 301,6 mm mengakibatkan peresapan air yang cepat ke dalam tanah sehingga terjadi perubahan tekanan air pori dan berkurangnya kestabilan lereng.

Baca Juga: Film Semesta, Kisah 7 Sosok yang Berusaha Memperlambat Dampak Perubahan Iklim

Pemerintah pun melakukan upaya cepat dalam penanganan pasca bencana alam banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Lebak, Banten dan Bogor, Jawa Barat. Upaya penanganan ini juga untuk merespons arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menginginkan upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) harus ditingkatkan berkali-kali lipat sebagai upaya untuk pemulihan lingkungan.

Penanaman agroforestri berupa Vetifer di lahan yang terjadi bencana longsor di Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Kegiatan pemulihan lahan dan hutan diinisiasi oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLHK), bersama pemerintah daerah dan masyarakat sekitar melalui penanaman model agroforestri. Model ini memungkinkan penanaman berupa pohon-pohon keras diselingi dengan tanaman vetiver yang akarnya berguna untuk mengikat dan menahan tanah dari longsor.

Selain itu kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan juga dilakukan dengan membuat bangunan Konservasi Tanah dan Air (KTA) berupa ekohidrolika, Dam penahan erosi, dan Gully Plug (bendungan kecil). bangunan Konservasi Tanah dan Air ini dibuat dengan konstruksi bronjong batu yang lolos air. Selain itu juga dibangun Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH) yang berguna untuk menyediakan pasokan air bersih untuk masyarakat.

Baca Juga: Semakin Mencair, Gletser Himalaya Berisiko Sebabkan Banjir

KLHK juga melakukan pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) di beberapa lokasi di Kecamatan Sukajaya. KBD dibangun masing-masing di Desa Harkatjaya, Sukamulih, Sipayung, dan Desa Pasir Madang. Masing-masing KBD akan memiliki kapasitas bibit sebanyak 60.000 bibit pertahun. KBD juga memudahkan masyarakat untuk memperoleh bibit guna melakukan penanaman hingga tingkat tapak.

Warga Desa Harkatjaya membuat dam penahan erosi yang dibangun dengan konstruksi bronjong batu yang lolos air. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Pada 3 Februari silam, Presiden Joko Widodo meninjau Desa Harkatjaya. Ia didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Mereka meninjau proses pemulihan hutan dan lahan di kawasan itu. Pemulihan hutan dan lahan dilakukan dengan membangun bangunan Konservasi Tanah dan Air berupa DAM penahan erosi sebanyak 2 unit, Gully Plug 2 unit, ekohidrolika 3 unit, dan penanaman dengan model agroforestri seluas 1,5 hektare dengan 600 batang bibit buah-buahan. IPAH juga dibangun di Desa Harkatjaya sebanyak 3 unit.

Kita tidak mungkin menghentikan bencana alam. Namun, kita bisa mempersiapkan diri dengan pengetahuan untuk meniadakan banyak korban.