Tak Hanya Pemanasan Global, Hal Ini Sebabkan Gletser Greenland Mencair

By Daniel Kurniawan, Rabu, 5 Februari 2020 | 17:10 WIB
Seekor beruang kutub muda melompat ke lapisan es di Svalbard, Norwegia. Perubahan iklim sangat mengancam keberlangsungan hidup beruang kutub sehingga mereka masuk daftar hewan yang rentan terhadap kepunahan. (Paul Nicklen/Nat Geo Image Collection)

Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa kenaikan suhu Bumi berdampak pada pencairan permukaan lapisan es Greenland.

Akan tetapi, sebuah penelitian terbaru menemukan ancaman lain yang menyerang es Greenland. Yaitu, air laut hangat yang bergerak di bawah gletser sehingga menyebabkan es mencair lebih cepat.

Temuan itu diterbitkan di jurnal Nature Geoscience oleh para peneliti yang mempelajari salah satu dari banyak "lidah es" di Gletser Nioghalvfjerdsfjorden --dikenal sebagai Gletser Utara 79°--di timur laut Greenland. Perlu diketahui, lidah es merupakan potongan es yang mengapung di permukaan air dan masih tersambung dengan es di darat.

Baca Juga: Akibat Polusi Cahaya dan Kerusakan Habitat, Kunang-kunang Terancam Punah

Survei mengungkapkan bahwa arus bawah laut hangat dari Samudera Atlantik dengan lebar lebih dari satu mil mampu mengalir langsung menuju gletser--membawa panas dalam jumlah besar dan mempercepat mencairnya bongkahan es besar.

“Kini sudah jelas alasan pencairan (es) yang intensif itu," kata Janin Schaffer, ahli kelautan Alfred Wegener Institute, Jerman, dalam rilis temuannya.

Para ilmuwan baru-baru ini juga menemukan arus serupa yang mengalir di dekat gletser Greenland lainnya, di mana lidah es besar pecah ke laut.

Kehilangan masif lapisan es Greenland saat ini merupakan pendorong terbesar kenaikan permukaan laut secara global. Dan menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Desember di jurnal Nature yang dikutip dari CNN, lapisan es Greenland saat ini mencair tujuh kali lebih cepat daripada pada tahun 1992. Lapisan es ini menampung cukup air untuk menaikkan permukaan laut global hingga lebih dari 24 kaki.

Pada bulan Juli saja, lapisan es Greenland kehilangan 197 miliar ton es, atau setara dengan sekitar 80 juta kolam renang Olimpiade, menurut Ruth Mottram, ilmuwan iklim di Danish Meteorological Institute.

Baca Juga: Mata Air Panas Dallol, Salah Satu Tempat Ekstrem dan Tidak Ramah di Bumi

Suhu air juga memecahkan rekor pada 2019. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences menyebutkan, suhu laut tahun lalu adalah 0,075 derajat Celcius--lebih hangat dibanding suhu rata-rata sepanjang 1981-2010.

Penulis studi tersebut mengatakan, panas yang diserap hari ini oleh lautan dunia setara dengan menjatuhkan sekitar lima bom Hiroshima ke dalamnya setiap detik selama 25 tahun terakhir.

Lautan yang lebih hangat sebagai akibat dari krisis iklim juga membuat peristiwa cuaca ekstrem seperti badai yang mampu menghasilkan lebih banyak curah hujan. Kondisi ini berdampak pada stabilitas kehidupan laut yang dapat menyebabkan menurunnya tangkapan ikan di banyak tempat.