Penelitian ini Buktikan Hubungan Neanderthal dan Manusia Modern

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 14 Januari 2021 | 22:53 WIB
Neanderthal (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id—Misteri mengenai nenek moyang Neanderthal kini makin terungkap berkat penlitian terbaru para ilmuwan dari Universitas Princeton. 

Penelitian Neanderthal umumnya menggunakan keterkaitan DNA pada manusia modern di luar Afrika. Namun tim peneliti megembangkan metode baru yang disebut IBDmix dalam menelusuri DNA Neanderthal dengan populasi manusia modern di Afrika maupun di luar Afrika.

“Kegiatan penelitian ini adalah pertama kalinya kami dapat mengetahui hubungan aktual dari leluhur Neanderthal di Afrika” kata Lu Chan, wakil pimpinan penelitian tersebut.

Metode IBDmix meneliti bagaimana DNA dua individu yang berbeda memiliki keidentikan yang sama. Hal itu disebabkan kedua individu tersebut memiliki leluhur yang sama.

Beberapa populasi di Afrika adalah hasil percampuran genom Neanderthal. Menggunakan DNA yang berada di tulang manusia purba, disertai dengan penemuan bahwa manusia modern di Asia, Eropa, dan Amerika mewarisi sekitar 2 persen DNA mereka dari Neanderthal, manusia modern dan Neanderthal terbukti telah kawin setelah manusia meninggalkan Afrika.

Baca Juga: Ternyata Neanderthal Mengubur Jenazah Layaknya Manusia Modern

Ilustrasi Neanderthasi di Afrika yang menjadi leluhur manusia seluruh dunia yang berakar dari Afrika. (Matilda Luk, Princeton University Office of Communications)

Baca Juga: Studi: Manusia Neanderthal Pecinta Seafood dan Nelayan Handal

“Aliran gen manusia ke Neanderthal melibatkan grup penyebaran awal dari Afrika yang terjadi sekitar 100.000 tahun yang lalu, sebelum bermigrasi keluar Afrika yang bertanggung jawab atas tersebarnya manusia modern di Eropa dan Asia,” tulis para peneliti.

Peneliti juga menyampaikan, proses percampuran kawin silang juga memperkenalkan DNA Neanderthal pada manusia modern. Temuan ini menegaskan kembali bahwa hibridisasi antara manusia dan spesies yang berkaitan erat, adalah bagian yang berulang dalam sejarah evolusi manusia.

Dalam penelitiannya, tim peneliti Princeton mengaku bahwa jumlah populasi di Afrika yang dapat dianalisis terbatas. Mereka berharap metode baru dan temuan tersebut dapat mendorong lebih banyak penelitian lainnya mengenai leluhur Neanderthal di Afrika dan kawasan lainnya.

“Ini menunjukkan sisa-sisa genom Neanderthal dapat bertahan hidup di setiap populasi modern yang diteliti saat ini” kata Chen.