Nationalgeographic.co.id - Saat berjalan di sekitar pantai Maunganui Bluff, Selandia Baru, Brandon Ferguson, salah satu penduduk setempat, menemukan sesuatu yang mengejutkan: yakni ratusan ribu kerang yang mati terpanggang. Kenaikan suhu dan pasang surut air laut diduga menjadi penyebabnya.
Dalam sebuah video yang diunggah di akun Facebook-nya, Ferguson tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya melihat banyaknya kerang yang mati.
"Baunya seperti seafood busuk," kata Ferguson, dilansir dari Business Insider.
"Beberapa cangkang sudah tidak ada isinya, dan beberapa dari mereka mati di dalamnya atau mengapung di pinggir pantai," imbuhnya.
Baca Juga: 1 dari 3 Spesies Hewan dan Tumbuhan Akan Punah Karena Perubahan Iklim
Kerang-kerang malang ini merupakan jenis kerang hijau berbibir (Perna caliculus). Di Selandia Baru, keberadaan spesies ini sangat penting bagi perkembangan ekonomi negara.
Ini bukan pertama kalinya ditemukan kerang mati dalam jumlah banyak di sekitar pantai. Pemanasan global kemungkinan jadi faktor pemicunya.
Masalah ini sebenarnya sudah menjadi perhatian Kementerian Lingkungan Hidup Selandia Baru. Mereka sedang mempelajari kehidupan laut dan bagaimana perubahan iklim memengaruhinya.
Sebuah studi menemukan fakta bahwa dari 1981 hingga 2018, suhu permukaan laut meningkat antara 0.1°C dan 0.2°C setiap dekade. Laporan tersebut menjelaskan, pemanasan laut dapat memengaruhi waktu dan perkembangan kerang hijau berbibir.
Meski begitu, bukan hanya kenaikan suhu laut yang terbukti mengancam kerang. Menurut Andrew Jeffs, ilmuwan kelautan, terpapar teriknya cahaya matahari musim panas dapat membuat mereka stres dan akhirnya mati.
'Kuburan' kerang hijau ini ditemukan di North Island, setelah wilayah tersebut mengalami suhu panas mencapai 40°C untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.