Untuk Pertama Kalinya, Astronom Melihat Aurora Pada Red Dwarf Star

By Daniel Kurniawan, Jumat, 6 Maret 2020 | 13:46 WIB
Impresi seniman tentang interaksi magnetik Red Dwarft Star dengan planet luarnya. ()

Nationalgeographic.co.id - Tim astronom internasional mengamati beberapa sinyal radio yang tidak biasa datang dari bintang Red Dwarf di dekatnya. Ternyata gelombang radio dihasilkan oleh interaksi sebuah eksoplanet yang mengorbit bintang, menyebabkan Red Dwarf memiliki aurora.

Meskipun telah diprediksi selama lebih dari tiga puluh tahun, ini adalah pertama kalinya para astronom benar-benar dapat melihat sinyal tersebut. 

Baca Juga: Berjarak Tidak Begitu Jauh, Planet Ini Kemungkinan Bisa Dihuni

Pada 16 Juni 2016, para astronom melihat sinyal menarik yang datang dari GJ1151, Red Dwarf Star yang terletak 26 tahun cahaya di konstelasi Ursus Major. Bintang ini mengeluarkan segala macam sinyal elektromagnetik, tetapi frekuensi rendah belum dipelajari secara detail sebelumnya.

Setelah mengesampingkan berbagai kemungkinan, para peneliti yakin satu-satunya penjelasan ialah interaksi antara bintang dan sebuah planet. Temuan ini dilaporkan dalam Nature Astronomy.

Pengamatan ini merupakan langkah baru yang menarik dalam studi tentang sifat-sifat planet eksoplanet dalam sistem ini. Red Dwarf Star adalah jenis bintang yang paling umum di Bima Sakti. Mereka jauh lebih dingin dan lebih kecil dari Matahari tetapi memiliki medan magnet yang lebih kuat. Banyak katai merah yang diketahui mengorbit oleh planet seukuran Bumi, dan ketika planet-planet ini mengorbit, mereka dapat menciptakan interaksi magnetik yang aneh. 

"Pergerakan planet melalui medan magnet yang kuat dari Red Dwarf bertindak seperti mesin listrik, sama seperti cara kerja dinamo sepeda. Ini menghasilkan arus besar yang menggerakkan aurora dan emisi radio pada bintang," terang Dr Harish Vedantham, penulis utama dari Institut Astronomi Radio Belanda (ASTRON) dalam sebuah pernyataan.

Sesuatu di sepanjang garis ini juga terlihat di Tata Surya, tetapi tidak dari Matahari. Interaksi serupa terjadi antara Jupiter, yang memiliki medan magnet yang sangat kuat, dan itu volcanic moon lo. Interaksi ini lebih terang daripada Matahari sendiri dalam beberapa frekuensi radio rendah tertentu.

"Kami mengadaptasi pengetahuan dari beberapa dekade pengamatan radio tentang Jupiter dengan kasus bintang ini," kata penulis lainnya, Dr Joe Callingham. "Versi Jupiter-Io yang ditingkatkan ukurannya telah lama diprediksi ada dalam bentuk sistem bintang-planet, dan emisi yang kami amati sangat sesuai dengan teorinya."

Baca Juga: Ilmuwan Luncurkan Proyek Terbaru untuk Mencari Alien di Luar Angkasa

Pengamatan itu dimungkinkan berkat teleskop radio Low-Frequency Array (LOFAR) yang dipimpin Belanda. Tim itu sekarang mencari lebih banyak Red Dwarf Star untuk melihat seberapa umum fenomena ini. LOFAR diharapkan menemukan setidaknya 100 sistem ini di lingkungan matahari, dan observatorium masa depan seperti Array Kilometer Persegi mungkin dapat menemukan lebih banyak lagi. 

“Tujuan jangka panjangnya adalah untuk menentukan apa dampak aktivitas magnetik bintang terhadap kelayakhunian exoplanet, dan emisi radio adalah bagian besar dari teka-teki itu,” jelas Dr. Vedantham. "Pekerjaan kami telah menunjukkan bahwa ini layak dengan teleskop radio generasi baru, dan menempatkan kami di jalur yang menyenangkan."