Nationalgeographic.co.id - Air keruh tak layak minum sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kampung Teluk Semanting, Kalimantan Timur. Tak banyak dari mereka yang mendapat kebutuhan air yang baik. Terutama yang tinggal di RT 01 dan RT 02.
Umrah (24), salah satu warga Kampung Semanting mengatakan bahwa sumber air di sana sudah kotor sejak 2010. Penyebabnya adalah penampungan air yang tidak memiliki penyaringan.
Ia yakin penyebab air keruh dikarenakan pengelolaan penampungan yang tidak maksimal. Sampah alam juga masuk ke penampungan air. Sementara kesadaran masyarakat untuk membersihkan penampungan air pun sangat minim.
Baca Juga: Jadi Sandaran Hidup, Mangrove Semanting Beri Ketersediaan Sumber Daya
"Sejak 2010 ada bak penampungan. Sebelumnya dari sumber air langsung tapi nggak bak penampungan. Tapi kalau gada bak penampungan airnya tidak tertampung. Kalau terus mengalir ke rumah warga terbuang buang," ucap Umrah pada National Geographic Indonesia di Semanting, Kalimantan Timur (06/03/2020).
Bak penampungan merupakan sumbangan dari Perintah Kabupaten untuk Kampung Semanting. Hal itu dilakukan karena adanya penambahan penduduk yang mencapai 85 KK. Namun air semakin keruh di musim hujan.
Penduduk Kampung sendiri menggunakan air keruh hanya untuk keperluan mandi atau mencuci. Sementara untuk minum, mereka membeli air isi ulang seharga 10 ribu rupiah per galon.
Baca Juga: Merica di Kampung Teluk Semanting: Lahan Subur Tapi Minim Penjualan
Berdasarkan pengamatan National Geographic Indonesia, rumah-rumah di Kampung Semanting memiliki air yang sangat keruh. Bak mandi mereka dipenuhi air berwarna coklat pekat. Aliran airnya pun tidak menentu, kadang kencang kadang pelan.
Bahkan di masjid kampung yang seyogyanya memiliki cadangan air yang banyak untuk wudhu justru sering tidak ada air.
"Ini kan sistem gravitasi, mereka yang deket dengan sumber air, bisa tercukupi kebutuhannya. Kalau yang di bawah itu, yang dekat dermaga, suka macet airnya," pungkas Umrah.