Nationalgeographic.co.id - Jika Anda melihat fashion show atau foto-foto model pakaian mewah, hiasan bulu burung kerap digunakan pada pakaian wanita untuk menambah keanggunan mereka.
Namun, tahukah Anda? Pada 1521, seorang ahli mode Jerman bernama Matthäus Schwarz juga pernah membuat desain model pakaian dengan bulu burung untuk pria.
Ulinka Rublack dari Early European History Cambridge University, dan Jenny Tiramani dari London's School of Historical Dress meneliti bagaimana mode ini berkembang pada zaman peralihan budaya dan ekonomi yang terjadi di Eropa.
Baca Juga: Peter Carey Ungkap Kedudukan Perempuan di Era Kesultanan di Nusantara
Rublack dan Tiramani merekonstruksi tren fashion megah tersebut untuk mengetahui kondisi historis dari mode bulu burung pada pria.
“Kita semua pernah mendengar ungkapan ‘letakan bulu di topimu’. Namun, Schwarz membawa hal ini ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Rublack, dilansir dari situs resmi Cambridge University.
“Ketika orang lain berdiri di tempat terbuka dengan 'mahkota' bulu-bulu besar itu, Anda bisa langsung melihatnya meski dari jarak setengah mil,” imbuh Tiramani, menjelaskan bagaimana penampilan orang yang menggunakan bulu burung pada masa itu.
Rekonstruksi karya Rublack dan Tiramani tersebut tersusun dari hiasan kepala dengan 32 bulu burung unta panjang, yang kemudian dijahit dengan 16 bulu burung lain.
“Hasilnya ajaib. Bulu burung unta sensual, mereka ringan, sangat lembut dan gerakan mereka sangat menggairahkan,” papar Tiramani.
Dengan bulu burung, Schwarz ingin menonjolkan kemampuannya dalam bidang fashion. Untuk menghormati Ferdinand I, ia memasangkan bulu burung unta putih dan mewah agar selaras dengan warna kebangsaan Austria.
Ferdinand I sendiri adalah penguasa Austria yang menjadi saudara bagi raja Romawi Suci, Charles V. Ketika desain Schwarz digunakan Ferdinand I, Eropa mulai tergila-gila dengan bulu burung.