Ilmuwan Kembangkan AI yang Dapat Menerjemahkan Isi Otak Menjadi Teks

By Daniel Kurniawan, Senin, 6 April 2020 | 14:36 WIB
Gambar otak yang dihasilkan komputer. Tim menemukan keakuratan sistem terbaru jauh lebih tinggi daripada pendekatan sebelumnya. ()

Nationalgeographic.co.id - Sebentar lagi, kita bisa membaca pikiran seseorang. Pasalnya, para ilmuwan sedang mengembangkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang dapat menerjemahkan aktivitas otak ke dalam bentuk teks. 

Untuk saat ini, sistem hanya bekerja pada pola saraf yang terdeteksi saat seseorang berbicara keras. Namun, menurut para ahli, “pada akhirnya, kecerdasan buatan ini nantinya dapat membantu komunikasi pasien yang tidak dapat berbicara atau mengetik”, Misalnya, pada mereka yang memiliki suatu sindrom.  

"Meski belum sampai ke sana, tapi kami rasa apa yang kami lakukan bisa menjadi dasar dari prostesis verbal," kata Dr Joseph Makin, peneliti dari University of California.

Baca Juga: Tes Darah Terbaru Kini Bisa Mendeteksi Lebih Dari 50 Jenis Kanker

Dipublikasikan dalam jurnal Nature Neuroscience, Makin dan rekannya, menjelaskan bagaimana mereka mengembangkan sistem tersebut. Yakni dengan merekrut empat peserta kemudian menanam elektroda di otak mereka untuk memantau kejang atau epilepsi. 

Para partisipan diminta untuk membaca 50 kalimat yang diberikan secara berulang-ulang, seperti “Tina Turner is a pop singer” dan “Those thieves stole 30 jewels”. Tim peneliti lalu melacak aktivitas saraf mereka saat mereka berbicara.

Data yang didapat selanjutnya dimasukkan ke dalam algoritma mesin--sejenis sistem kecerdasan buatan yang mengubah data aktivitas otak untuk setiap kalimat yang diucapkan menjadi serangkaian angka.

Untuk memastikan angka-angka tersebut berkaitan dengan aspek bicara, sistem membandingkan suara yang diprediksi dari potongan kecil data aktivitas otak dengan rekaman audio sebenarnya. Untaian angka kemudian dimasukkan ke bagian kedua dari sistem yang mengubahnya menjadi urutan kata-kata.

Ilustrasi otak manusia. (aeyaey)

Pada awalnya sistem “melontarkan” kalimat yang tidak masuk akal. Namun, ketika sistem membandingkan setiap urutan kata dengan kalimat yang dibacakan tersebut, peneliti menemukan bagaimana deretan angka terkait dengan kata-kata.

Teks tertulis dari aktivitas otak selama eksperimen pun berhasil diterjemahkan, meski hasilnya belum sempurna. “Those musicians harmonise marvellously” diterjemahkan sebagai “The spinach was a famous singer”, dan “A roll of wire lay near the wall” menjadi “Will robin wear a yellow lily”.

Tim peneliti mengatakan, walau masih ada kesalahan, tapi keakuratan sistem baru ini jauh lebih tinggi dibanding pendekatan sebelumnya. Hasilnya pada setiap orang sangat bervariasi, tapi rata-rata untuk satu peserta, hanya 3 persen kalimatnya yang perlu dikoreksi. Menurut mereka, sistem ini kemungkinan mengandalkan kombinasi dari kalimat tertentu, mengidentifikasi kata-kata dari aktivitas otak, dan mengenali pola umum dalam bahasa Inggris.

Baca Juga: Perusahaan Ini Kembangkan Magic Mushroom yang Berikan Dampak Positif

Dr Christian Herff, pakar dari Universitas Maastricht yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan penelitian ini menarik karena sistem menggunakan kurang dari 40 menit data pelatihan untuk setiap peserta, dan kumpulan kalimat yang terbatas, daripada jutaan jam yang biasanya dibutuhkan.

"Dengan melakukan itu mereka mencapai tingkat akurasi yang belum dicapai sejauh ini," katanya.

Namun, ia mencatat sistem itu belum dapat digunakan untuk banyak pasien disabilitas yang tinggi karena mengandalkan aktivitas otak yang direkam dari orang-orang yang mengucapkan kalimat dengan keras.