Peneliti Ungkap Fenomena Aneh di Langit Jepang yang Terjadi 1.400 Tahun Lalu

By Aditya Driantama H, Kamis, 9 April 2020 | 10:35 WIB
Cahaya merah yang muncul di langit Jepang pada Desember 620 diyakini merupakan sebuah Aurora. ()

 

Nationalgeographic.co.id - Nihon shoki merupakan sebuah tulisan yang berisikan sejarah resmi tertua di Jepang. Itu mencatat asal negara dan perkembangan selanjutnya hingga akhir abad ketujuh Masehi. Di dalamnya, ditemukan deskripsi sebuah peristiwa astronomi yang sangat tidak biasa yang sulit dijelaskan oleh para ilmuwan. Namun, tim peneliti sekarang mengatakan mereka akhirnya tahu apa yang menyebabkan fenomena ‘aneh’ tersebut.

Sebuah gambar aneh dikatakan muncul pada 30 Desember 620 M, ketika “sebuah tanda merah muncul di surga. Panjangnya lebih dari 1 jo (10 derajat). Bentuknya mirip dengan ekor burung pheasant atau pegar.”

Orang-orang mengalihkan pandangan mereka ke atas dengan rasa tak percaya. "Apakah ini seekor burung...?" mereka bertanya. Secara alami, sejarawan dan astronom selalu berasumsi bahwa kekhasan langit ini mungkin disebabkan oleh aurora atau komet, meskipun tidak satupun dari penjelasan ini yang meyakinkan.

Baca Juga: Peneliti Garap AI untuk Diagnosis COVID-19 Melalui Analisis Suara

Untuk satu hal, aurora borealis, yang sering disebut sebagai northern lights atau lampu utara, tidak cenderung terlihat seperti ekor burung pegar, dan sebaliknya agak bergaris-garis dalam penampilan. Lalu juga komet, tidak diketahui menghasilkan tampilan seperti lampu merah di langit.

Lewat jurnal yang dipublikasikan pada Sokendai Review of Cultural and Social Studies, para peneliti mengungkap bagaimana mereka mencari catatan sejarah untuk menemukan deskripsi aurora yang lebih baru di Jepang. Mereka menemukan bahwa beberapa di antaranya dikatakan memiliki penampilan yang mirip. Sementara lampu utara biasanya tidak terlihat sejauh selatan Jepang. Para peneliti mencatat bahwa penampakan ini mungkin umum terjadi pada 620 M, karena kutub utara Bumi berada di lokasi yang berbeda, berarti Jepang akan lebih dekat ke magnet utara, tidak seperti saat ini.

Kutub magnet bumi sebenarnya terus bergeser karena inti luar besi yang berputar di planet ini menyebabkan fluktuasi di medan magnet utara-selatan. Sesekali, terjadi pembalikan medan magnet, di mana kutub utara dan selatan benar-benar bertukar posisi.

Aurora disebabkan oleh partikel bermuatan dari Matahari yang menghantam atmosfer Bumi. Ketika partikel-partikel ini berinteraksi dengan unsur-unsur yang berbeda, mereka menghasilkan warna cahaya yang berbeda, dan kemungkinan menjadi warna merah seperti fenomena ini.

Baca Juga: Dari Pesawat Voyager 2, Ilmuwan Temukan Fakta Baru Tentang Uranus

Biasanya tampilan yang memesona ini hanya terlihat di lingkaran Arktika dan Antartika, yang terletak sekitar 66,5 derajat utara dan selatan khatulistiwa, meskipun aurora kadang-kadang terlihat di daerah non-kutub.

Mengingat rendahnya kemungkinan komet melintas di Jepang pada Desember 620, dan bahkan ketidakmungkinan itu bisa memancarkan cahaya merah. Penulis penelitian tetap menyimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai ekor burung pegar merah yang aneh itu kemungkinan besar disebabkan oleh aurora.

Dari jurnal yang dipublikasikan dalam EurekAlert, Ryuho Kataoka, ketua penelitian, mengatakan bahwa temuan baru-baru ini menunjukkan bahwa aurora dapat berbentuk 'ekor burung' secara khusus selama badai magnet yang hebat. Ini berarti fenomena pada 620 A.D. di Jepang kemungkinan benar merupakan aurora.