Perubahan Iklim Menjadi Alasan Perpindahan Penduduk 6.000 Tahun Silam

By Aditya Driantama H, Senin, 13 April 2020 | 11:51 WIB
Danau Te Roto di pulau Atiu. ()

Nationalgeographic.co.id - Dalam sejarah eksplorasi manusia, permukiman yang pernah hidup di Polinesia Timur mendapati prestasi yang luar biasa. Sementara Polinesia Barat, yang dihuni hampir 3.000 tahun yang lalu, relatif mudah diakses dari Asia.

Pulau-pulau di Pasifik timur jauh lebih terpencil. Dengan menggunakan sebuah perahu kecil tanpa kompas, menemukan daerah tersebut sama sulitnya seperti pergi ke Bulan. Bukti-bukti yang ditemukan di pulau Atiu mengungkapkan bahwa pelayaran ini bisa jadi lebih awal dari yang diduga sebelumnya. Dan ini memberikan petunjuk kuat tentang alasan yang mendorong mereka untuk melakukan pelayaran tersebut.

Atiu ada di tempat yang sekarang disebut Kepulauan Cook. Para pemukim pertama diperkirakan berasal dari Tonga atau Samoa, berlayar sekitar 1.000 kilometer di laut terbuka. Perjalanan yang menakjubkan ini hanyalah langkah pertama dari perjalanan yang bahkan lebih luar biasa ke Rapa Nui (Pulau Paskah).

Baca Juga: Burung-Burung Surgawi Pelipur Lara Pandemi

Waktu kedatangan pertama mereka masih menjadi perdebatan, tetapi David Sear dari University of Southampton telah menganalisis sampel inti yang dikumpulkan dari lumpur di sebuah danau di Atiu.

Untuk sebagian besar sampel lumpur yang berusia 6.000 tahun, tidak ada tanda-tanda mamalia, tetapi sekitar 900 AD, David mendeteksi adanya lonjakan kotoran mamalia. Dia menyebutkan bahwa ini merupakan kunjungan manusia serta babi yang mereka bawa. Dengan kata lain, kedatangan tersebut kemungkinan 100-200 tahun lebih dulu dari perkiraan sebelumnya. Meski begitu, David berpikir pulau itu dulu digunakan sebagai stasiun jalur laut atau tempat istirahat pelayar, bukan rumah permanen.

Dalam satu abad, tanda-tanda aktivitas manusia lainnya muncul ketika ada hutan yang dibakar untuk memberi ruang bagi tanaman. David juga menemukan ledakan micro charcoals sekitar 1.400 tahun yang lalu, yang dapat mengindikasikan pemukiman yang singkat, atau pembakaran ladang yang lebih jauh.

Salah satu sample penemuan di danau Te Roto. ()

Baca Juga: Manusia Purba Lucy Diketahui Memiliki Struktur Otak Seperti Simpanse

Dalam studi yang dipublikasikan pada Prosiding National Academy of Sciences, David dan rekannya membandingkan sedimen Atiu dengan yang dikumpulkan dari Samoa dan Vanuatu. Mereka menemukan kedatangan di Atiu bertepatan dengan periode terkering dalam 2.000 tahun terakhir di pulau-pulau asal mereka, karena hujan bergeser ke utara.

Para peneliti menyimpulkan bahwa pulau-pulau yang menjadi kering tidak dapat lagi mendukung pemukiman yang padat, menyebabkan keinginan untuk menemukan lokasi baru.

Sementara itu, pergantian angin di laut membuat mereka berlayar ke arah timur. Setelah sistem hujan kembali seperti semula, populasi pulau berkembang pesat dan pemukiman berkembang pesat di seluruh Pasifik timur.

Lewat jurnal yang dipublikasikan pada EurekAlert, David Sear mengatakan bahwa fenomena perubahan iklim tersebut juga kita rasakan saat ini, memberikan tekanan pada pemukiman di kepulauan Pasifik. Namun, solusi untuk bermigrasi seperti pendahulu kita tidaklah semudah itu.