Baru Ditemukan 5 Bulan Lalu, Komet Ini Hancur Saat Mendekati Bumi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 4 Mei 2020 | 09:57 WIB
Potret yang diambil oleh satelit Hubble pada komet C/2019 Y4 (ATLAS) di tanggal berbeda saat dilaporkan cahanya meredup. ()

Nationalgeographic.co.id - C/2019 Y4 menjadi komet yang paling terang selama 2020 saat terlihat di bulan April. Namun, ia juga hancur berkeping-keping saat diamati oleh teleskop Hubble pada Senin (20/4/2020) dan Kamis (23/4/2020), meski baru ditemukan lima bulan lalu.

Hubble mengidentifikasi bahwa ada sekitar 30 keping pecahan pada 20 April, dan 25 keping pada tanggal 23 April. Kepingan pecahan tersebut terlihat diselimuti oleh debu komet saat disapu sinar matahari.

"Ini benar-benar menarik karena momen seperti itu sangat keren untuk ditonton dan jarang  terjadi. Kebanyakan komet terlalu kecil untuk dilihat. Kejadian pada skala seperti itu hanya terjadi sekali atau dua kali dalam satu dekade," kata salah satu peneliti pengamat Hubble, Quanzhi Ye, dari University of Maryland, College Park.

Baca Juga: Meteorit Ini Tunjukkan Mars Mungkin ‘Seperti Bumi’ Pada 4 Milyar Tahun Lalu

Para peneliti menilai bahwa pecahnya komet C/2019 Y4 (ATLAS)  disebabkan karena sifatnya yang memang rapuh. Meski begitu, karena ini terjadi dengan cepat dan tidak terduga, para astronom belum memiliki jawaban pasti mengenai penyebab kehancurannya.

Gambar yang dipotret oleh satelit Hubble dapat menghasilkan petunjuk mengenai peristiwa pecahnya komet tersebut. Hasil dugaan sementara, sebelum pecah komet ini tidak lebih dari dua kali luas sepak bola.

Salah satu gagasan dari peneliti hancurnya komet ini, bahwa nukleus asli berputar sendiri menjadi potongan-potongan karena adanya outgassing (pelepasan gas yang terperangkap yang mengeluarkan tekanan dari batuan cair) yang cepat dari es yang menyublim.

Karena proses tersebut tidak tersebar secara merata, itumemudahkan komet terpecah-pecah.

"Analisis lebih lanjut dari data Hubble mungkin dapat menunjukkan apakah mekanisme ini menjawab atau tidak," kata salah satu peneliti sekaligus profesor dari UCLA, David Jewitt.

Baca Juga: Astronom Deteksi Ledakan Besar di Luar Angkasa Selain Big Bang

Sebelumnya, komet ini ditemukan pada 29 Desember 2019 melalui survei astronomi ATLAS (Asteroid-impact Last Alert System). Komet ini juga sebelumnya diprediksi dapat dilihat dengan mata telanjang dan memiliki jarak terdekat dengan Bumi pada 23 Mei 2020.

Saat diidentifikasi satelit Hubble, Komet C/2019 Y4 (ATLAS) tersebut berjarak 146 juta kilometer dari Bumi, dan pada jarak terdekatnya pada 23 Mei sekitar 116 juta kilometer.

Alih-alih semestinya menjadi lebih terang bila mendekati Bumi, komet itu tiba-tiba meredup. Saat itulah astronom mulai berspekulasi bahwa inti es komet itu terpecah-pecah bahkan hancur.