Nationalgeographic.co.id – Saat suhu di wilayah garis lintang utara terus menghangat, itu mengubah fisiologis dan perilaku salah satu predator invertebrata Arktika yang paling melimpah, yakni laba-laba serigala.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada Journal of Animal Ecology, dengan banyaknya jumlah populasi laba-laba serigala, maka terganggunya siklus hidup mereka dapat memberikan dampak luas pada tundra. Saat Arktika memanas, laba-laba serigala semakin besar, bereproduksi lebih sering, dan memiliki ‘selera baru’ pada spesiesnya sendiri.
“Data lapangan dan eksperimen kami menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah laba-laba serigala, maka semakin tinggi kemungkinan mereka menjadi kanibal,” kata Amanda Koltz, peneliti utama studi ini dalam sebuah pernyataan.
“Ini mungkin cerminan dari meningkatnya persaingan di antara laba-laba untuk mendapatkan sumber daya,” imbuhnya.
Baca Juga: Gajah-gajah di Penangkaran Berpotensi Kelaparan Akibat Pandemi COVID-19
Laba-laba serigala (Pardosa lapponica) merupakan ectothermic atau yang lebih dikenal sebagai hewan berdarah dingin. Spesies ini mengatur suhu tubuh eksternal sebagai respons dari lingkungan sekitarnya—membuat mereka lebih mungkin mengalami perubahan fisiologis saat menanggapi suhu yang memanas.
Sebagai contoh, beberapa laba-laba di Arktika jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini terjadi karena musim panas yang lebih panjang dan hangat. Saat suhu di Arktika menghangat, ukuran laba-laba bertambah dan reproduksi pun meningkat.
Para peneliti di Washington University mengumpulkan laba—laba serigala dari dua situs di Arktika Alaska, di mana setiap indvidu memiliki ukuran tubuh bervariasi secara alami. Koleksi spesimen ini kemudian dibandingkan dengan apa yang telah dikumpulkan sebelumnya melalui percobaan mesocosm—yakni menempatkan spesies pada lingkungan terturup yang telah meniru habitat asli mereka. Para ilmuwan berhasil memanipulasi dan mengontrol kondisi lingkungan untuk memahami bagaiman kepadatan populasi yang tinggi mengubah kebiasaan makan para serigala.
Ketika peneliti melacak aliran nutrisi melalui jaring makanan dengan analisis isotop stabil, hasilnya menunjukkan bahwa laba-laba betina cenderung memakan spesies makan sendiri.
“Laba-laba serigala eksperimental yang berada di kepadatan populasi tinggi, mengalami perubahan pola makan yang serupa dengan laba-laba serigala di lapangan di mana ukuran tubuh betina lebih besar. Kompetisi dan kanibalisme di antara laba-laba serigala menjadi yang paling tinggi,” kata Koltz.
Baca Juga: Membicarakan Serangga dan Nasibnya di Bumi, Apa yang Harus Dilakukan?
Laba-laba serigala di lintang selatan juga telah menunjukkan perilaku serupa, tapi belum diketahui bagaimana itu memengaruhi populasi alami mereka. Salah satu teori mengungkapkan bahwa perubahan perilaku ini dapat membantu mengatur populasi dan mengurangi kompetisi dalam jangka pendek (laba-laba serigala yang makan spesiesnya sendiri cenderung memiliki rentang hidup lebih pendek).
Apa yang terjadi di Arktika, tidak hanya bertahan di sana, menurut para peneliti. “Hasil dari studi ini menjadi pengingat bahwa perubahan ukuran tubuh invertebrata akibat perubahan iklim dapat memberikan konsekuensi ekologis, termasuk pergeseran pola makan, kompetisi, dan struktur populasi,” pungkas Koltz.