Nationalgeographic.co.id – Menurut para ahli, bahkan jika nanti pandemi COVID-19 telah berakhir, akan muncul masalah kesehatan lain: yakni krisis kesehatan mental. Oleh sebab itu, mereka melakukan studi mengenai apa yang bisa membantu mengatasi stres akibat pandemi. Hasilnya menunjukkan bahwa yoga bisa mengurangi kemuramannya.
Para peneliti dari University of South Australia, bekerja sama dengan Federal University of Santa Maria, UNSW Sydney, Kings College London dan Western Sydney University, melakukan penelitian yang disebut-sebut sebagai “studi pertama di dunia” tentang manfaat kesehatan mental dari berlatih yoga.
Baca Juga: Agar Udara di Rumah Semakin Bersih, Pelihara Sepuluh Tanaman Ini
Dalam meta-analisis dari 180 studi di enam negara yang melibatkan 1.080 partisipan—di mana semuanya memiliki diagnosis gangguan mental—para peneliti menemukan bahwa kesehatan mental mereka membaik setelah melakukan “yoga berbasis gerakan”. Dan manfaatnya bertambah seiring meningkatnya aktivitas yoga yang mereka lakukan.
“Yoga berbasis gerakan” didefinisikan oleh para peneliti sebagai segala bentuk yoga di mana fisik para partisipan bergerak aktif setidaknya 50% dari keseluruhan—melibatkan beberapa pose.
“Ketika isolasi mandiri diterapkan, banyak orang harus bekerja dari rumah dan tidak bisa bertemu dengan teman-teman atau keluarga. Ini membuat mereka kesepian dan terputus dari dunia luar,” ungkap Jacinta Brinsley, pemimpin penelitian dari University of South Australia.
“Olahraga selalu menjadi strategi terbaik bagi orang-orang yang memiliki perasaan tersebut agar mood dan kesehatannya membaik. Namun, dengan ditutupnya gym dan terbatasnya pilihan olahraga—bahkan jogging bersama teman juga kurang dianjurkan—orang-orang dipaksa untuk mencari alternatif. Di sinilah yoga bisa sangat membantu,” tambahnya.
Baca Juga: Ahli Kesehatan WHO: Virus Corona Mungkin Tidak Akan Pernah Hilang
Brinsley memaparkan, studi mereka menunjukkan bahwa yoga dapat membantu mengatasi gejala gangguan mental, termasuk kecemasan, stres pascatrauma, dan depresi.
“Ini adalah kabar baik bagi mereka yang kesulitan menghadapi kondisi yang penuh dengan ketidakpastian ini,” pungkasnya.
Studi tersebut dipublikasikan pada British Journal of Sports Medicine.