Nationalgeographic.co.id – Tidak hanya penyu dan paus yang menderita akibat polusi plastik, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa ada mikroplastik pada sistem pencernaan burung pemangsa di Florida, termasuk elang, burung osprey dan burung hantu. Faktanya, para peneliti menemukan mikroplastik pada 100% burung yang mereka teliti.
Dilaporkan pada jurnal Enviromental Pollution, para ilmuwan dari University of Central Florida (UFC), membedah isi perut 63 burung pemangsa yang mewakili delapan spesies berbeda dan menemukan mikroplastik pada setiap individu. Secara total, ada 1.200 bagian mikroplastik yang ditemukan.
Baca Juga: Emisi Karbon di Bulan April Menurun 17% Berkat Karantina Wilayah
Burung-burung tersebut telah mati sebelum dibawa ke pusat penelitian. Mikrofiber berwarna biru dan bening menyumbang paling banyak (86% dari total plastik)—diikuti oleh berbagai mikro fragmen (13%), makroplastik (0,7%) dan microbeads (0,3%).
“Burung pemangsa merupakan predator top dalam ekosistem. Mengubah populasi atau status kesehatan mereka dapat berpengaruh pada semua hewan, organisme, dan habitat yang berada dalam rantai makanannya,” papar Julia Carlin, pemimpin studi dari Departemen Biologi UCF.
Mikroplastik diketahui kerap dikonsumsi oleh predator puncak yang duduk di bagian atas rantai makanan karena plastik tidak terurai dengan baik. Mikroplastik dapat melintas dari satu hewan ke hewan lainnya melalui transfer trofik.
Burung-burung ini mungkin tidak secara langsung makan mikroplastik, tapi mangsa mereka yang melakukannya. Pada akhirnya, bagian plastik itu terakumulasi juga dalam perut burung.
Sejumlah penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan peningkatan jumlah mikroplastik pada tubuh ikan, burung laut, dan invertebrata yang hidup di laut. Namun, studi ini merupakan yang pertama kali mengukur keberadaan mikroplastik pada burung pemangsa di Florida.
Baca Juga: Aksi Penebangan dan Pembakaran Masih Terjadi di Hutan Amazon Selama Pandemi COVID-19
Tidak seperti biasanya, studi terbaru ini menemukan bahwa osprey pemakan ikan memiliki lebih sedikit plastik dalam saluran pencernaannya dibanding elang berbahu merah, yang kerap memakan tikus penghuni daratan. Dengan kata lain, pencemaran mikroplastik sudah sangat meluas, tidak hanya pada lingkungan laut.
Beberapa bukti menunjukkan, polusi mikroplastik memiliki efek merugikan pada satwa liar dan ekosistem sekitarnya. Selain membahayakan nyawa mereka karena bisa tersangkut di saluran pencernaan, potongan plastik ini juga diduga memiliki efek beracun.