Normal Baru, Bisnis Ada Saat Pertumbuhan Lambat dan Sulit Cari Pembeli

By Fikri Muhammad, Selasa, 16 Juni 2020 | 12:30 WIB
Normal Baru (Space10)

"Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan semestinya sudah paham akan kondisi naik turunnya usaha yg dilakukan. Itulah alasan mengapa ia wajib memiliki Adversity Quotient yang tinggi, yaitu kecerdasan yg mengukur seberapa cepat dia bangkit setelah dia colaps. Caranya? Biasanya seorang entrepeneur tidak melihat masalah hanya dari satu perspektif, tapi bisa melihat dgn konsep helicopter view," ungkap Hadi.

Jawaban dari tantangan normal baru dalam dunia bisnis ialah dengan menguatkan konten digital. Konsep digital marketing dalam dunia usaha masih banyak yang belum paham menurut Hadi, oleh karena itu para pelaku bisnis harus terus menitikberatkan pada pengenalan dan terus melalukan upaya implementasi digital konten pada bisnis yang sedang dijalankan. 

Kegiatan ini perlu memahami bagaimana konektivitas dapat meningkatkan omzet bisnis. Seperti Exclusive to Inclusive, Vertical to Horizontal, dan Individual to Social.

Baca Juga: Kisah Masyarakat Adat Amerika dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Adapula pemahaman customer path dan perubahannya pada saat ini. Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan target konsumen yang relevan sesuai dengan konsep awareness, appeal, ask, act, dan advocate.

Implementasi bagaimana membangun konten pemasaran dalam platform digital juga bisa menguatkan konten digital untuk bisnis. Seperti core content, derivative content/assets, dan promotional micro-content.

"Sebuah konsep yang dipakai terus menerus akan melahirkan suatu teori baru. Begitu juga dengan kondisi dan keadaan tertentu, yang memaksa manusia melakukan kebiasaan baru maka pasti akan muncul model bisnis baru. Pandemi ini tidak disiapkan secara baik oleh pelaku usaha tetapi pergerakannya sudah mulai terlihat. Ada beberapa kebangkitan dalam beberapa sektor walau hanya sebatas bertahan hidup. Namun, saya rasa di situlah awal pembelajaran model bisnis baru," pungkasnya.