Nationalgeographic.co.id - Bohemian Rhapsody yang dipopulerkan oleh Queen adalah lagu paling berpengaruh dan menginspirasi dalam sejarah musik modern. Ia terdengar sebagai maha karya seni serius yang berhasil dicintai oleh berbagai generasi, mungkin sampai beberapa dekade ke depan.
Bohemian Rhapsody memiliki efek yang amat langka pada orang-orang yang pertama kali mendengarnya. Dengan durasi lagu 6 menit, ia menempatkan opera di tengah-tengah lagunya.
Irwin Fisch, seorang Professor di NYU Steinhardt pada tayangan Insider mengatakan bahwa Bohemian Rhapsody memajukan musik pop karena memasukkan sekelompok lagu yang berbeda pada sebuah karya.
"Jika orang menyebut "Bohemian Rhapsody" sebagai sebuah lagu, itu sedikit keliru. Ini sebenarnya tiga atau empat lagu," ucap Fisch di YouTube Insider (01/11/2018).
Baca Juga: Bangkitnya Perfilman Korea Selatan Sebagai Identitas Nasional
Jika dianalisis, Bohemian Rhapsody sebenarnya dapat dibagi menjadi lima bagian yang berbeda. Capella, balada, opera, hard rock, dan coda yang reflektif.
Inovasi itu sebetulnya sudah dimulai sejak pertengahan 1960-an oleh Beach Boys dengan Good Vibrations dan The Beatles dengan A Day in the Life. Queen, berdasarkan gagasan tersebut, mengembangkanya lebih jauh, ungkap Fisch.
Untuk melihat seberapa jauh Queen melampaui pendahulunya, kita perlu melihat bagian opera pada lagu ini. Lirik dan nama karakter italias klasik, kutipan bismillah pada Al-Qur'an, dan Iblis Beelzebub, semuanya dinyanyikan pada paduan suara yang hanya terdiri dari tiga orang saja. Yakni Freddie Mercury, Roger Taylor, dan Brian May.
Sesi opera itu mengeluarkan harmoni pada instrumen yang menggema. Teknik ini sangat terinspirasi oleh metode produksi "Wall of Sound", yang dikembangkan pada tahun 1960 oleh Produser Phil Spector.
Spector menempatkan banyak musisi di satu ruangan, tiga pemain keyboard yang memainkan berbagai instrumen seperti harpsichord atau piano elektrik dan merekamnya untuk menciptakan suara yang belum pernah terdengar sebelumnya. Hal seperti itulah yang ingin dicapai oleh Queen saat membuat sesi opera pada Bohemian Rhapsody.
Untuk mencapai suara yang mereka inginkan, Queen menggunakan teknik yang dikenal sebagai reduksi pencampuran atau biasa disebut sebagai rekaman ping pong.
Sebagian besar lagu pop yang kita dengarkan hari ini menggunakan banyak trek audio, masing-masing lagu disediakan untuk instrumen dan vokal yang berbeda, digabungkan untuk membuat satu lagu. Namun teknologi saat itu membatasi jumlah trek audio yang dapat digunakan.
"Pada saat Queen membuat Bohemian Rhapsody, mereka memiliki begitu banyak vokal dan memiliki begitu banyak lapisan gitar. Saya pernah mendengar bahwa mereka memiliki sekitar 180 trek individu yang dimasukkan ke dalam pita 24-track, dua inci," ujar Fisch.
"Untuk memotong trek di jaman sekarang sangat mudah secara digital. Anda tinggal memotong layar dan langsung bisa memperbaikinya. Sementara saat itu butuh banyak komitmen, pengetahuan, dan keterampilan untuk menyatukan trek itu sehingga membuatnya terdengar halus."
Baca Juga: Sains di Balik Suara Khas Freddie Mercury
Berbicara mengenai Bohemian Rhapsody sulit jika tidak berbicara siapa orang di belakang lagu tersebut. Tidak seperti kebanyakan lagu-lagu Queen yang ditulis secara kolaboratif, Bohemian Rhapsody adalah gagasan Freddie Mercury. Mengutip Brian May, Bohemian Rhapsody sebagai lagu "semua berada di kepala Freddie" bahkan sebelum rekaman dimulai.
Fisch mengutip Freddie pada sebuah wawancara bahwa Bohemian Rhapsody merupakan "eksperimen dalam suara". Fisch berkata bahwa alasan lagu itu tetap beresonansi hingga lebih dari 40 tahun karena itu adalah perwujudan daru sesuatu yang sangat intens. Yakni kehidupan pribadi Freddie Mercury.