Setengah Daratan di Bumi Masih Bisa Diselamatkan dari Kerusakan

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 17 Juni 2020 | 11:04 WIB
Hutan cagar alam biosfer Sumaco (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id – Tak dapat dipungkiri, manusia telah mengubah dan merusak alam secara drastis demi tujuan tertentu.

Meski begitu, dalam sebuah studi terbaru, para ilmuwan membandingkan angka dari empat set data spasial yang berbeda untuk menjawab pertanyaan ini. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar setengah (48-56%) daratan dunia memiliki pengaruh manusia yang rendah.

“Walaupun penggunaan lahan oleh manusia meningkatkan ancaman bagi habitat alami Bumi, tapi setengah wilayahnya masih sesuai kondisi awal dan belum dialihfungsikan,” kata Erle Ellis, ilmuwan lingkungan dari University of Maryland-Baltimore County.

Baca Juga: Keindahan Migrasi Puluhan Ribu Penyu yang Tertangkap Kamera Drone

Angka tersebut menyoroti daratan yang belum tersentuh manusia secara signifikan sehingga masih bisa dilindungi melalui konservasi. Namun, di sisi lain, hasil studi juga menggambarkan betapa banyak wilayah Bumi telah ditempati, diganggu, dan dimanfaatkan oleh manusia.  

Dilihat dari permukaan yang bebas es, hanya seperempat wilayah daratan (20-34%) yang menunjukkan tanda-tanda pengaruh manusia dengan ‘sangat rendah’. Sebagian besar wilayah menjadi “beberapa tempat paling tidak layak huni di Bumi”.

Dari mitigasi dampak perubahan iklim hingga daur ulang nutrisi dan menyediakan udara segar, tanah yang tidak tersentuh manusia, berperan penting bagi ekosistem yang ada di planet ini.

“Wilayah yang tidak terdampak manusia memiliki lanskap dengan cuaca ekstrem. Misalnya hutan boreal dan tundra yang berada di area dingin atau lanskap kering seperti gurun,” ungkap para peneliti dalam studi mereka.

Dengan kata lain, baik melalui urbanisasi, alih fungsi hutan, pertanian, atau cara lainnya, manusia telah memberikan pengaruh paling besar dalam lanskap keanekaragaman hayati--menghadirkan peluang matang untuk mengubahnya sesuai kebutuhan manusia.

Sebaliknya, gurun yang panas terik di tempat-tempat terpanas di dunia, atau tanah terlantar di daerah terdingin, telah diabaikan.

Menurut para peneliti, hasil studi terbaru ini memberikan kita penanda yang jelas dan kuat dari uoaya konservasi. Bahwa kita dapat mencegah kerusakan di masa depan dengan menjaga wilayah-wilayah yang belum terdampak manusia sambil memulihkan area-area yang telah tereksploitasi.

Baca Juga: Tinggal di Dekat Manusia Melemahkan Ikatan Sosial Jerapah, Mengapa?