Gustatori Nostalgia Gudeg Mbah Lindu yang Melegenda di Yogyakarta

By Fikri Muhammad, Senin, 13 Juli 2020 | 17:43 WIB
Nasi Gudeg. | Christian Razukas/Wikimedia Commons (Abiyu Pradipa)

Nationalgeographic.co.id - Rizki Nurindiani pada Gudeg dalam Perspektif Masyarakat Yogyakarta menyebutkan bahwa gudeg merupakan "Nostalgic Gustatory", yakni bagaimana suatu makanan bisa memunculkan kenangan luar biasa. 

Nostalgia ini menjadi peran yang besar lantaran warung-warung makan legendaris sangat dipengaruhi oleh hal tersebut. Orang-orang yang pernah berkunjung atau menetap sementara di Yogyakarta mengaitkan kenangan dan romantisme masa lalunya lewat makanan.

Walau demikian, warung gudeg legendaris tidak terjadi begitu saja. Itu terjadi ketika para pencicip masakan selesai dari perantauan lalu kembali ke sana dan bercerita, menurut Dwi Abadi dan Aryanto Budhy S dalam karya dokumenternya yang berjudul Daerah Istimewa Gudeg.

Baca Juga: Dari Stasiun Solo Balapan Sampai Istana, Menapaki Wangsa Mangkunegaran

Yogyakarta memiliki kenangan pada warga lokal maupun para pendatang. Pesonanya disalurkan melalui mulut ke mulut dari mereka yang pernah tinggal di sana.

Tak jarang beberapa musisi juga menjadikan Yogyakarta sebagai judul lagu mereka. 

Gudeg merupakan makanan rakyat sejak zaman dahulu. Bahanya mudah didapatkan dan ditemukan bahkan di halaman sekitar. Salah satunya yang menjadi bahan pokoknya ialah nangka. 

Mengingat warung legendaris gudeg mengigat pula Mbah Lindu, yang baru saja meninggal dunia pada Minggu (12/7/2020) pada usia 100 tahun. 

Pada laman Kompas diceritakan bahwa gudeg Mbah Lindu di Jalan Sosrowijayan selalu ramai pelanggan. Ia tak ingat berapa lama telah menjual gudeg namun ia ingat sekali sudah mulai berjualan sebelum memiliki suami saat zaman kolonial.

Saking melegendanya, serial Netflix Street Food: Asia mengisahkan Mbah Lindu pada sebuah dokumenter yang ditayangkan di 2019.

Baca Juga: Menemukan Kedamaian di Kepulauan Galapagos, Sumber Teori Darwin

Dahulu, Mbah Lindu harus berjalan kaki dari rumahnya di Klebengan menuju Sosrowijayan sejak pukul 04.00 WIB. Jika dilihat dari peta, jarak tersebut berkisar 5 km.