WHO: Karantina Total Mungkin Dilakukan Kembali Setelah Kasus COVID-19 Meningkat

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 13 Juli 2020 | 12:09 WIB
Warga Italia, saat lockdown Covid-19 ()

Nationalgeographic.co.id – Pejabat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa karantina wilayah lanjutan mungkin perlu dilakukan lagi di beberapa wilayah mengingat kasus COVID-19 semakin meningkat setelah ‘relaksasi’.

Dr Michael Ryan, direktur eksekutif program kesehatan darurat WHO, mengatakan bahwa “ada situasi dalam waktu dekat di mana karantina total kembali menjadi satu-satunya pilihan negara-negara dunia di tengah pandemi”.

Direktur Jendral WHO, Dr Tedros Ahanom Ghebreyesus sebelumnya mengatakan bahwa “virus ini bisa berada di bawah kontrol”. Namun, peningkatan justru menunjukkan “virus ini belum bisa dikontrol dan semakin buruk”. Pada Jumat lalu, Tedros mengatakan, jumlah kasus yang tercatat di seluruh dunia meningkat dua kali lipat dalam enam minggu.

Baca Juga: Virus Corona Kemungkinan Dapat Ditularkan Melalui Udara

“Pada situasi seperti sekarang ini, sepertinya kita belum bisa menghilangkan virus ini,” kata Ryan dilansir dari CBS News.

“Pola yang lebih mengkhawatirkan adalah kelompok besar kasus dapat terjadi terkait peristiwa penyebaran super, di mana orang dalam jumlah banyak berkumpul di satu tempat,” imbuhnya.

Ia menyarankan, setiap negara harus berupaya memadamkan “bara kecil” atau tanda-tanda awal kebangkitan wabah sebelum virus corona muncul kembali seperti api melalap hutan.

WHO sendiri juga sudah menyadari kemungkinan virus dapat menyebar dengan mudah melalui udara. Informasi terbaru ini muncul setelah para ilmuwan membuat surat terbuka kepada WHO yang meminta badan tersebut untuk mempertimbangkan bahwa virus corona mungkin lebih berbahaya.

Baca Juga: Studi: Pandemi Membuat Kualitas Tidur Sebagian Orang Memburuk

Sejak virus ini pertama kali ditemukan pada bulan Desember, ia telah menginfeksi lebih dari 12,5 juta orang dan menewaskan setidaknya sekitar 560 ribu orang di seluruh dunia. Laporan pada 10 Juli menyatakan bahwa lebih dari setengah total kasus yang diidentifikasi di seluruh dunia berada di Amerika.

Negara-negara bagian seperti Arizona, California, Texas, dan Florida mencatat peningkatan angka kematian menjadi lebih dari 600 dalam tiga hari berturut-turut.