Gelombang ini diperkirakan akan menghantam pelayanan kesehatan dengan durasi waktu terlama dibandingkan gelombang lainnya.
Hingga Juni, diprediksi secara global telah lebih 90.000 tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19. Di Indonesia, data jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi belum tersedia.
Diprediksi telah ribuan tenaga kesehatan yang telah terinfeksi karena di Jawa Timur saja dilaporkan hingga 12 Juli telah ada 277 perawat terinfeksi. Ini belum jenis tenaga kesehatan lainnya serta kasus di provinsi lain.
Selama pandemi, tenaga kesehatan bekerja dengan intensitas waktu kerja yang panjang dalam lingkungan yang berat. Banyak potensi trauma yang harus mereka hadapi. Seperti mereka trauma karena pasien atau rekan kerja mereka yang meninggal, kekhawatiran tertular atau menularkan ke keluarga. Ada juga tekanan publik agar mereka memberikan pelayanan terbaik, hingga kurangnya pengalaman atau peralatan.
Ke depan, beban kerja tenaga kesehatan juga diprediksi akan meningkat tajam. Hal ini karena beban ganda yang akan dihadapi ketika gelombang keempat mulai menghantam pada saat gelombang lain belum mereda.
Kondisi tersebut akan menyebabkan kelelahan dan stres.
Gelombang keempat
Peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis adalah gelombang keempat. Berbeda dengan tiga gelombang sebelumnya yang mulai dirasakan, gelombang keempat mungkin belum terlalu dirasakan hantamannya.
Gelombang ini terjadi karena selama masa pandemi, terjadi fenomena penundaan mencari perawatan yang dilakukan oleh para penderita penyakit kronis seperti kanker, jantung, gagal ginjal dan stroke.
Dalam jangka panjang, penundaan perawatan tersebut bisa berdampak serius karena memparah sakitnya.
Secara global, menurut data riset BBC, 130.000 pasien non-Covid 19 meninggal karena tak memperoleh layanan kesehatan yang semestinya.
Untuk Indonesia, belum ada data terkait berapa jumlah orang yang telah meninggal sebagai akibat tidak langsung dari wabah virus corona.
Namun beberapa kasus kematian yang diduga akibat tidak langsung pandemi telah terjadi di masyarakat seperti kasus seorang anak di Ambon yang meninggal karena harus bolak-balik di beberapa RS untuk mendapat perawatan, seorang ibu hamil di Makassar yang keguguran, hingga pasien gagal ginjal di Jabodetabek yang meninggal diduga karena lambat mendapatkan layanan cuci darah.
Bersiap lebih awal
Pemerintah dan para stakeholders rumah sakit harus mulai bersiap dengan respons yang tepat dan cepat untuk menghadapi hantaman empat gelombang ini. Strategi harus mulai dirumuskan dan dilaksanakan segera, agar sistem pelayanan kesehatan tidak runtuh.
Strategi utama adalah segera menekan pertumbuhan kasus baru Covid-19 di masyarakat agar rumah sakit tidak kewalahan menampung pasien. Selanjutnya pemerintah dan manajemen rumah sakit harus mulai memikirkan strategi agar akses masyarakat yang memerlukan layanan kesehatan tidak terhambat akibat pandemi.
Baca Juga: Lima Cara Tingkatkan Kekebalan Tubuh di Tengah Kenormalan Baru
Bangun lagi kepercayaan masyarakat agar tidak takut mengakses pelayanan kesehatan ketika membutuhkan. Tentu saja ini harus diikuti dengan adanya perlindungan keselamatan yang diberikan oleh pemerintah dan rumah sakit kepada masyarakat.
Memisahkan layanan infeksi dan non-infeksi atau mendirikan rumah sakit khusus infeksi di berbagai daerah serta mempercepat implementasi dan dukungan regulasi pelayanan telemedicine adalah strategi yang dapat ditempuh.
Penulis: Irwandy, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.