Nationalgeographic.co.id - Saat Jane Goodall pertama kali tiba di Gombe Stream Game Reserve, Tanzania pada 1960, masih sedikit pengetahuan tentang simpanse. Goodall yang saat itu berusia 26 tahun pun melakukan pengamatan yang mendalam dan tidak ortodoks.
Ilmuwan lain kerap mengejek penemuannya lantaran Goodall minim melakukan pendekatan akademis formal. Kunci metodenya ialah merekam ciri-ciri kepribadian simpanse dan memberi nama pada subjek-subjeknya.
Baca Juga: Ney Dinan: Jangan Sebut Tenun Manggarai Sebagai Tenun Labuan Bajo!
Goodall lahir di London dan terpesona dengan kehidupan Afrika serta alam liarnya, menurut Anita Silvey, penulis Untamed: The Wild Life of Jane Goodall.
"Ketika saya berusia 10 tahun, saya bermimpi pergi ke Afrika, hidup dengan hewan dan menulis buku tentang mereka," Goodall mengatakan kepada CNN pada 2017.
"Semua orang menertawakan karena saya hanya seorang gadis. Kami tidak punya uang dan Perang Dunia Kedua sedang berlangsung," imbuhnya.
Goodall tidak mampu kuliah dan didorong oleh ibunya untuk belajar mengetik dan pembukuan. Ia pun mencari pekerjaan tetap dengan menghadiri sekolah sekretaris.
"Dia perlu menghidupi dirinya sendiri. Goodall dan keluarganya merasa bahwa dengan pelatihan kesekretariatan, dia selalu bisa mendapatkan pekerjaan," kata Silvey di laman Biography.
Namun, Goodall akhirnya bosan dengan kerja kantoran. Pada usia 23, ia ditawari pekerjaan oleh seorang ahli paleoantropologi terkenal, Louis Leakey, di sebuah museum sejarah alam.
Leakey, menurut National Geographic, percaya kurangnya pelatihan ilmiah formal Goodall. Namun hasratnya terhadap binatang akan menjadikannya pilihan yang tepat untuk mempelajari kehidupan sosial simpanse di Gombe dan Jane terpesona oleh gagasan itu.
"Dia menginginkan seseorang yang taat dan tidak dibutakan oleh teori ilmiah," kata Shivey. "