Dampak Aktivitas Manusia di Antarktika Lebih Parah dari yang Diperkirakan

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 27 Juli 2020 | 10:34 WIB
Antartika (Editor)

Nationalgeographic.co.id – Ditemukan lebih dari 200 tahun lalu, Antarktika sering digambarkan sebagai wilayah di mana jarang ditemukan jejak kehadiran manusia.

Namun kini, para ilmuwan memiliki catatan yang menemukan bahwa aktivitas manusia di sana telah meluas ke beberapa daerah dan mengancam keanekaragaman hayati.

Seperti yang dilaporkan pada jurnal Nature, tim mengumpulkan sejumlah data luar biasa yang mencakup sejarah benua tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa sementara 99,6% wilayah tersebut masih liar, tapi yang bebas dari campur tangan manusia hanya 32%.

Baca Juga: Studi: Populasi Hiu Karang Alami Penurunan Drastis di Seluruh Dunia

“Kami memetakan 2,7 juta catatan aktivitas manusia dari tahun 1819 hingga 2018 di seluruh benua Antarktika. Kami menilai luasnya area yang tersisa dan bagaimana itu tumpang tindih dengan keanekaragaman hayati,” kata Dr Bernard Coetzee, wakil pemimpin penelitian dari Global Change Institute, University of the Witwatersrand.

“Di sebuah daerah yang sering dianggap terpencil, data menunjukkan bahwa pada kenyataannya aktivitas manusia telah meluas, terutama di daerah bebas es dan pesisir di mana keanekaragaman hayati kerap ditemukan,” paparnya.

Ketika memikirkan Antarktika, kita pasti teringat pada penguin. Diketahui bahwa hanya 16% habitat mereka dan burung lainnya yang berhasil dilindungi. Kedatangan turis dan stasiun penelitian tumpang tindih dengan area keanekaragaman hayati.

Beberapa hal yang mengancam benua tersebut tidak diragukan lagi: infrastruktur yang tumbuh di sana dan vegetasi yang terinjak-injak. Belum lagi masalah polusi, kontaminasi mikrob, dan penyebaran spesies asli maupun asing.

“Walaupun situasinya tidak terlihat menjanjikan, tapi ada banyak peluang untuk mengambil tindakan cepat dan mendeklarasikan kawasan lindung untuk melestarikan alam liar dan keanekaragaman hayati,” jelas Rachel Leihy, pemimpin penelitian dari Monash School of Biological Sciences.

Baca Juga: Langka, Kura-kura Berwarna Kuning Ditemukan di India

Studi ini hanya mempertimbangkan tindakan langsung manusia di Antarktika. Bukan dampak tidak langsung dari polusi, lubang di lapisan ozon, dan krisis iklim yang sedang berlangsung.

Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa belum telat bagi anggota Perjanjian Antarktika untuk melindungi benua beku. Mereka dapat mencegah kerusakan dengan mempromosikan perluasan kawasan lindung serta menyeimbangkan manfaat sains dan pariwisata di Antarktika.