Studi: Jumlah Sampah di Bumi Akan Mencapai 1,3 Miliar Ton Pada 2040

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 27 Juli 2020 | 17:09 WIB
Alat berat meratakan gundukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kampung Jawa, Banda Aceh, Senin (10/6/2019). Dinas Lingkungan Hidup Keindahan dan Kebersihan Kota Banda Aceh menyatakan volume sampah selama bulan ramadhan hingga lebaran Idul Fitri di daerah itu meningkat sekitar 20 ton per hari (ANTARA FOTO/AMPELSA)

Nationalgeographic.co.id – Diperkirakan 1,3 miliar ton plastik akan memenuhi Bumi pada 2040—baik di daratan maupun di lautan—jika tidak dilakukan apa pun untuk mecegahnya. Angka ini didapat dari model global skala masalah plastik selama 20 tahun ke depan.

Dr Costas Velis dari University of Leeds mengatakan bahwa hasil studi yang dipiblikasikan pada jurnal Science ini sangat mengejutkan. Namun, menurutnya, “kita memiliki teknologi dan kesempatan untuk membendungnya”.

“Ini adalah penilaian komprehensif pertama mengenai penggambaran dalam waktu 20 tahun,” ungkap Dr Velis, dilansir dari BBC. 

“Sulit untuk menghitungnya karena plastik ditemukan di mana pun di dunia ini. Namun, jika harus membayangkannya, maka plastik tersebut kira-kira akan menutupi wilayah Inggris 1,5 kali lipat,” imbuhnya.

Baca Juga: Saya Pilih Bumi: Lagi, Mikroplastik dan Serat Sintetis Pakaian Ditemukan Pada Perut Hiu

Untuk mengubah masalah kompleks ini ke dalam angka, para peneliti melacak produksi, penggunaan, dan pembuangan plastik di seluruh dunia. Tim kemudian menciptakan model untuk meramal polusi plastik di masa depan.

Dilihat dari tren, akan terjadi peningkatan produksi plastik dan tidak ada perubahan signifikan pada aksi daur ulang. Hasilnya pun menunjukkan bahwa diperkirakan Bumi akan memiliki 1,3 miliar ton pada 2040.

Dr Velis menambahkan, jika aksi pencegahan dilakukan, pemodelan mengungkapkan ada 710 juta ton plastik di lingkungan kita dalam dua dekade mendatang.

Baca Juga: Banjir Bandang dengan Lumpur Hitam Terjang Arizona, Apa Penyebabnya?

Dalam masalah sampah, jarang orang menyoroti bahwa ada sekitar dua miliar penduduk yang tidak memiliki akses ke pengelolaan limbah yang tepat.

“Jadi mereka tidak punya pilihan selain membakar atau membuang sampahnya,” kata Dr Velis.

Ia menambahkan, kebijakan pemerintah dalam mengatasi polusi sampah juga menjadi bagian penting dari penyelesaian masalah ini.