Lomak hingga Kopi Juria, Mengenal Kekayaan Kuliner Khas Manggarai

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 8 Juli 2020 | 10:33 WIB
Ayam kampung muda yang tersaji sebagai Manuk Butuk, racikan Michael Irawan Wahyu Agung. Salah satu kuliner yang mengisahkan jati diri Manggarai, Nusa Tenggara Timur. (Michael Irawan Wahyu Agung. )

Nationalgeographic.co.id – Ketika berbicara tentang Labuan Bajo atau Flores, mungkin yang terpikir pertama kali adalah Taman Nasional Komodo. Ini tidak mengherankan karena Taman Nasional Komodo menjadi salah satu daya tarik wisata utama di wilayah tersebut. Namun, selain menjadi rumah bagi spesies langka dan terkenal akan keindahan alamnya, Labuan Bajo—dan Manggarai secara keseluruhan—menyimpan kekayaan kuliner yang khas.

“Labuan Bajo merupakan pintu masuk ke Manggarai. Tidak hanya komodo, di sana banyak budaya kuliner yang masih tersembunyi dan sangat berbeda dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia,” ungkap Michael Irawan Wahyu Agung, chef sekaligus praktisi kuliner, dalam sesi #BerbagiCerita: Singkap Kehidupan Geografis Manggarai dari Racikan Menunya, pada Kamis (2/7).

Bersama National Geographic Indonesia, singkap kehidupan geografis Manggarai dari racikan menunya. Kamis, 2 Juli 2020 di akun Facebook @NatGeoMagazineID. (National Geographic Indonesia)

Sadar bahwa kuliner khas Manggarai belum banyak dieksplor, Chef Michael pun berinisiatif memulai gerakan “Sedapkan Manggarai”. Menurutnya, ini menjadi bentuk kepedulian untuk menelisik dan mengenalkan kekayaan rasa di Manggarai.

“Saat ini, baru ada lima persen masakan khas Manggarai yang dikenal. Sisanya belum diketahui karena berada di pelosok dan belum sampai ke lidah banyak orang,” tambah Michael.

Ia menjelaskan bahwa dilihat secara geografis, karakter vegetasi di Manggarai sangat beragam. Hal inilah yang akhirnya memengaruhi makanan-makanan lokal.

Baca Juga: Sedapkan Manggarai: Cengkerama Kuliner dan Masyarakat Labuan Bajo

Di Labuan Bajo sendiri, kekayaan rasa yang ditawarkan lebih vibrant dan dinamis karena banyak suku bangsa yang berkumpul di sana. Semua rasa masuk menjadi satu, mulai dari pedas, asam, asin, hingga manis. Ikan kuah asam menjadi salah satu identitas Labuan Bajo. Anda akan sering menemukan makanan ini di sana.

Menurut Chef Michael, karakter orang pesisir mayoritas egaliter sehingga mudah menerima kebudayaan baru. Bagi mereka, apa pun yang datang layak untuk dicoba, sehingga akhirnya makanan-makanan dari pesisir itu terpengaruh dari berbagai sumber. 

Sementara itu, untuk wilayah Manggarai di pegunungan, rasa yang ditawarkan masih asli dan raw. Kita masih bisa mengecap rasa daging sapi, ayam, dan ikan, dengan jelas sesuai aslinya.

“Biasanya ada masakan dengan banyak bumbu sehingga menutup rasa daging. Namun, ini tidak,” kata Chef Michael.

Ute Lomak racikan Michael Irawan Wahyu Agung. Salah satu kuliner yang mengisahkan jati diri Manggarai, Nusa Tenggara Timur. (Michael Irawan Wahyu Agung)