Okultasi Mars Hingga Hujan Meteor, Ini Fenomena Langit Agustus 2020

By National Geographic Indonesia, Selasa, 4 Agustus 2020 | 19:34 WIB
Langit penuh bintang di gurun Wadi Rum. (Banrakbua/Getty Images/iStockphoto)

Marufin berkata, hujan meteor ini memiliki intensitas 50 - 75 meteor per jam pada puncaknya di 12 - 13 Agustus 2020 malam.

"Namun cahaya Bulan kwartir ketiga mungkin akan mengurangi jumlah meteor yang bisa disaksikan," ujarnya.

4. Elongasi Maksimum Venus: 13 Agustus Pada 13 Agustus 2020

Venus mengalami elongasi barat maksimum sehingga akan nampak pada kedudukan paling tinggi di langit fajar atau sebelum Matahari terbit. Elongasi barat maksimum, terjadi karena kombinasi orbit Bumi mengelilingi Matahari dan orbit Venus mengelilingi Matahari. 

Tepat pada saat Matahari terbit, Venus akan berkedudukan setinggi 45 derajat dan dapat disaksikan sejak 2,5 jam sebelum Matahari terbit.

5. Bulan sabit termuda: 19 Agustus

Bulan sabit termuda akan hadir pada tanggal 19 Agustus 2020, ini juga menjadi penentu bagi awal bulan kalender Muharram (bulan pertama) dalam kalender 1442 Hijriyyah.

Di Indonesia diperhitungkan akan setinggi 2 derajat hingga 3 derajat pada saat Matahari terbenam. Institusi seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Lembaga Falakiyah PBNU akan mengamatinya sebagai program rutin. 

Baca Juga: Teleskop Hubble Berhasil Tangkap Gambar Saturnus dengan Lebih Detail

6. Komet Neowise (C/2020 F3): Seminggu pertama Agustus

Komet Neowise merupakan komet yang berperiode sangat panjang sekitar 6.800 tahun yang baru ditemukan pada akhir Maret 2020.

"Masih akan terlihat di langit barat pasca Matahari terbenam dalam seminggu pertama Agustus dengan kedudukan yang makin meninggi dari hari ke hari," kata dia.

Marufin mengatakan bahwa cara melihat terbaik untuk melihat fenomena langit dari komet Neowise yang satu ini adalah dengan menggunakan binokuler atau teleskop kecil atau kamera.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fenomena Langit Agustus 2020: Okultasi Mars hingga Hujan Meteor Perseids". Penulis: Ellyvon Pranita.