Apa yang Disepakati dari Normalisasi Hubungan Israel dan UAE?

By Fikri Muhammad, Jumat, 14 Agustus 2020 | 15:46 WIB
Benjamin Netanyahu dan Pangeran Mohammed Al Nahyan menjadi perantara perjanjian dengan bantuan AS. (Reuters)

Nationalgeographic.co.id - Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) telah sepakat untuk menormalisasi hubungan mereka. Presiden As Donald Trump, PM Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Al Nahyan, berharap "terobosan bersejarah itu akan memajukan perdamaian di Timur Tengah".

Dalam beberapa minggu mendatang, delegasi dari Israel dan UEA akan bertemu untuk menandatangani kesepakatan bilateral mengenai investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi, teknologi, energi, kesehatan, budaya, lingkungan, hubungan timbal balik dan bidang saling menguntungkan lainnya. 

"Membuka hubungan langsung antara dua negara paling dinamis di Timur Tengah dengan ekonomi paling maju akan mengubah kawasan tersebut. Memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan inovasi teknologi, dan menjalin hubungan antar masyarakat yang lebih dekat," ungkap pernyataan bersama yang disampaikan pada laman BBC.

Baca Juga: Resesi Mengintai Indonesia, Apa Penyebab dan Akibatnya?

Israel juga akan "menangguhkan deklarasi kedaulatan atas wilayah yang digariskan" dalam Visi Presiden Trump untuk Perdamaian antara Israel dan Palestina, di mana ia mendukung rencana Israel untuk mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Lembah Yordania yang strategis.

Palestina telah memperingatkan bahwa langkah seperti itu akan menghancurkan harapan mereka akan negara merdeka di masa depan dan melanggar hukum internasional--sebuah sikap yang didukung oleh banyak komunitas internasional.

Menteri Luar Negeri UEA untuk Urusan Luar Negeri, Anwar Gargash, mengatakan pengakuan UEA atas Israel adalah "langkah yang sangat berani" untuk menghentikan "bom waktu" dari aneksasi Israel di Tepi Barat.

Ketika Anwar Gargash ditanya mengenai tentang kritik Palestina terhadap langkah UEA, dia menyadari, bahwa wilayah itu sangat terpolarisasi. "Kami menderita karena ini," katanya, tetapi akhirnya memutuskan "mari kita lakukan".

Pernyataan bersama itu mengatakan bahwa Israel akan memfokuskan upayanya pada perluasan hubungan dengan negara-negara lain di dunia Arab dan Muslim. Serta, AS dan UEA akan bekerja untuk mencapai tujuan itu.

UEA dan Israel juga akan bergabung dengan AS untuk meluncurkan "Agenda Strategis untuk Timur Tengah", dengan tiga pemimpin menyatakan bahwa mereka "memiliki pandangan yang sama mengenai ancaman dan peluang di kawasan, serta komitmen bersama untuk mempromosikan stabilitas melalui keterlibatan diplomatik, peningkatan integrasi ekonomi, dan koordinasi keamanan yang lebih erat".

Baca Juga: Lima Hal yang Akan Terjadi Jika Populasi di Bumi Menurun, Apa Saja?

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan: "Adalah harapan saya agar aneksasi tidak berlanjut di Tepi Barat. Kesepakatan hari ini untuk menangguhkan rencana tersebut adalah langkah yang disambut baik demi menuju Timur Tengah yang lebih damai".

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan sudah waktunya untuk "pembicaraan langsung antara Palestina dan Israel, yang merupakan satu-satunya cara untuk mencapai solusi dua negara dan perdamaian abadi".

Namun kantor berita Iran Tasnim, menyebutkan bahwa kesepakatan itu adalah hal yang memalukan.