Studi: Setengah dari Laut Dunia Telah Terdampak Perubahan Iklim

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 24 Agustus 2020 | 11:01 WIB
Ilustrasi laut dalam. (Nuture/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Lautan dunia telah menjadi “spons” bagi emisi karbon, dan model iklim terbaru menunjukkan bahwa itu benar-benar menyerapnya.

Sejak 1950-an, perairan Bumi telah menyerap lebih dari 93% energi yang memasuki sistem iklim. Dan tidak hanya pada permukaan laut, kenaikan suhu bahkan sudah menembus ke bagian laut terdalam.

Baca Juga: Es Greenland Mencair, Peneliti: Tidak Bisa Kembali Seperti Semula

Data pastinya belum ada, tapi perkiraan dari para ilmuwan yang didasarkan pada pengukuran terbaru dan lusinan model iklim, menyatakan bahwa perubahan iklim telah memengaruhi setengah lautan Bumi (20-55%), meliputi wilayah-wilayah di Atlantik, Pasifik dan Samudra Hindia.

Lebih lanjut, dilansir dari Science Alert, hanya dalam enam dekade, perubahan suhu dan salinitas akibat aktivitas manusia ini dapat menyebar hingga ke 80% lautan dunia.

Menggunakan pengukuran suhu serta salinitas laut dalam dan memasukkannya ke dalam 11 model iklim saat ini, tim peneliti menyimulasikan sirkulasi laut dan atmosfer selama bertahun-tahun, baik dengan atau tanpa kontribusi emisi dari manusia.

Selama paruh kedua abad ke-20, Yona Silvy, ilmuwan iklim dari Sorbonne University dan rekan-rekannya, menemukan fakta bahwa pemanasan akibat aktivitas manusia, bertanggung jawab pada sebagian besar perubahan di lautan. Karena panas dan garam memengaruhi kepadatan serta sirkulasi laut, maka ini dapat berdampak luas.

“Ini memengaruhi sirkulasi laut global, kenaikan permukaan laut, dan mengancam kehidupan manusia dan ekosistem,” kata Silvy.

Baca Juga: Ditemukan Koloni Baru Penguin Kaisar, Tapi Keberadaan Mereka Terancam

Para peneliti mengatakan, studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan yang diamati di laut dalam disebabkan oleh manusia. Dan itu akan terus meningkat apabila emisi CO2 tak berkurang.

Meski begitu, menurut peneliti, ini membutuhkan penyelidikan yang lebih jauh, terutama di Belahan Bumi Selatan di mana data laut dalam sangat sedikit dan masih jarang.