Nationalgeographic.co.id – Upaya pembersihan bencana nuklir Fukushima di Jepang terus mengalami kesulitan. Setelah air yang terkontaminasi nuklir bocor dan mengalir ke tanah, ada sekitar satu juta ton limbah yang mengandung elemen radioaktif yang mengancam pompa-pompa penyimpanan air di sekitar wilayah tersebut.
Kini, Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, diminta untuk segera menemukan solusi terkait tangki-tangki besar air yang tercemar tersebut.
Baca Juga: Studi: Jumlah Sampah di Bumi Akan Mencapai 1,3 Miliar Ton Pada 2040
TEPCO telah bermain-main dengan gagasan untuk membuang air yang terkontaminasi ke Samudra Pasifik secara perlahan, setelah menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan kandungan terbesar dari elemen radioaktif.
Pendukung gagasan tersebut mengatakan bahwa ini tidak seberbahaya kedengarannya karena sebagian besar unsur radioaktif akan dilepaskan dari air sebelumnya—kecuali tritium, elemen radioaktif yang relatif memiliki usia pendek dan tidak bertahan lama.
Namun, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Science, menyatakan bahwa rencana tersebut sangat berisiko. Menurut ahli kimia kelautan dari Woods Hole Oceanographic Institution, tritium bukan satu-satunya masalah.
Mereka menemukan bahwa isotop lain, termasuk karbon-14, kobalt-60, dan strontium-90, akan tetap berada pada limbah air yang dibuang ke laut.
“Konsentrasi isotop radioaktif ini lebih rendah dari tritium, tapi sangat beragam dari setiap tangki,” ungkap peneliti.
“Lebih dari 70% air di tangki-tangki tersebut membutuhkan perawatan sekunder untuk mengurangi konsentrasi radioaktif sesuai batas yang ditentukan oleh hukum, sebelum dilepaskan ke laut,” imbuh mereka.
Jika dibuang begitu saja ke laut, air yang terkontaminasi itu akan menambah radiasi lebih lanjut ke lingkungan laut dan membahayakan kehidupan di sana.
Baca Juga: Saya Pilih Bumi: Mengenal 5 Aktivis Lingkungan Muda yang Menginspirasi
Meski begitu, para peneliti berpendapat masih ada harapan dan solusi yang memungkinkan pembuangan air limbah yang aman di laut. Namun, itu membutuhkan pengolahan air lebih lanjut dan masukan para ahli untuk memverifikasi apakah itu benar-benar aman.
“Ini masalah besar, tapi bisa diselesaikan,” ujar Ken Buesseler, pemimpin studi dan ahli kimia kelautan dari Woods Hole Oceanographic Institution.
“Langkah pertama adalah membersihkan kontaminan radioaktif tambahan yang tersisa di tangki. Jika ingin tetap melepaskannya ke laut, perlu ada kelompok independen yang melacak semua kontaminan potensial di air laut, dasar laut, dan kehidupan laut. Kesehatan laut dan mata pencaharian banyak orang sangat bergantung pada hal ini sehingga harus dilakukan dengan benar,” paparnya.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR