Nationalgeographic.co.id - Pada 2013, para arkeolog di Islandia menemukan tumpukan abu. Mereka pun memulai penggalian pada 2017 di Arnarfjörður, sebuah lokasi yang berdekatan dengan dekat kota gereja Auðkúla di Islandia.
Tumpukan abu menjadi tanda penting sebab menandakan permukiman pertanian abad ke-10. Saat ini, setelah melakukan penggalian pada 2020, seluruh rumah dan gubuk tanah telah ditemukan.
Landnámabók adalah sumber tertulis tertua yang pernah ditemukan. Merinci permukiman awal di Islandia yang ditulis pada paruh pertama abad ke-12. Karya sejarah epik ini menyajikan daftar penduduk Islandia pertama dan keluarga mereka, termasuk 3.000 nama dan 1.400 nama tempat.
Menurut Landnámabók, pemukim paling awal di Svínadalur adalah Eyvindur Audkúla. Dari entri kuno ini, para arkeolog perlahan-lahan menemukan apa yang mereka yakini sebagai permukiman awal abad ke-10 yang disebutkan dalam kisah tersebut.
Baca Juga: Tradisi Zaman Perunggu: Menyimpan Bagian Tubuh Manusia yang Sudah Meninggal
Menurut RUV, para arkeolog di Islandia menemukan sebuah rumah di mana terdapat tungku besar dengan batuan retak. Di sebuah gubuk yang berdekatan berukuran panjang 23 meter, kayu bakar tradisional ditemukan.
Tidak hanya pondok lain yang diyakini terletak di dekatnya, tetapi sebuah bengkel besi, kandang sapi, dan tiga rumah tambahan diharapkan akan ditemukan di sekitar lokasi penggalian yang semuanya terhubung dengan penambangan besi lebih dari 1000 tahun lalu.
Baca Juga: Penemuan Alat Batu di Gua Maluku Ungkap Kehidupan Pelaut Kuno
Menurut Dr. Margrét Hallmundsdóttir, arkeolog yang memimpin penelitian, gubuk yang ditemukan di pertanian ke-10 yang terpencil itu "sangat besar, dan panjang lantainya setidaknya tujuh belas meter".
Peternakan abad ke-10 yang terpencil ini terletak pada posisi spektakuler yang menghadap ke jalur air bersejarah yang terkenal, dilansir dari laman Ancient Origins.
Adanya proyek penggalian ini nyatanya juga telah memisahkan fakta dari fiksi dengan halaman-halaman kisah kuno yang ditulis di Landnámabók. Penyelidikan arkeologi mengarah pada kesimpulan bahwa setidaknya beberapa kisah, puisi, dan dongeng Islandia sebenarnya didasarkan pada orang, tempat, dan peristiwa nyata.