Singkap Bencana, Peradaban, dan Perburuan Sains Danau Matano

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 2 Oktober 2020 | 14:01 WIB
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menemukan tembikar bercorak di dasar Danau Matano. Beberapa tahun belakangan ahli arkeologi dan ahli geologi mencoba menyingkap misteri danau ini. Simak di majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2020. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Saya membuka-buka arsip majalah ini. Tantyo Bangun, Editor in Chiefpertama National Geographic Indonesia, pernah menyelisik Danau Matano. Dia ditemani fotografer Peter E. Hehanusa almarhum—profesor berlatar geologi yang meminati ilmu hidrogeologi di LIPI.

Laporan mereka bertajuk "Kisah Lima Danau" terbit pada Desember 2008. Saat itu Tantyo menulis bahwa lima danau Malili telah terkepung kegiatan pembalakan yang "semakin mengganas, tanpa memedulikan masa depan." Sementara ikan endemik berwajah purba: butini (Glosogobius matanensis) dan opudi (Thelmaterina) kian melangka.

Sekitar setahun sebelum kedatangan mereka, ada awak redaksi yang singgah di danau itu. Titania Febrianti, kini Contributing Editor, berkesempatan berenang di tepian Danau Matano. Saat itu dia mengikuti Reef Check Indonesia, sebuah program pemeriksaan terumbu.

Ketika merenangi tepian danau, Titania menyaksikan pecahan tembikar yang melimpah dan berserak di dasarnya. Dia bertanya-tanya mengapa orang-orang begitu jorok dengan membuang sampah tembikar ke danau. Dia bertanya ke warga setempat, namun tak seorang pun bisa menjelaskan.

Baca Juga: Danau Matano, Danau Terdalam di Indonesia dan Terdalam Ke-12 di Dunia

Fragmen senjata tajam yang ditemukan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di dasar Danau Matano. Kini peneliti masih mencari jawaban mengapa permukiman itu terbenam air danau. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Pada National Geographic Indonesia edisi Oktober 2020, akhirnya dia mengungkap rasa penasarannya tentang serakan pecahan tembikar yang terbenam perairan itu. Dia melaporkan temuan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang bekerjasama dengan Pusat Survei Geologi dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

Pada pertengahan tahun silam, para peneliti lintas disipilin ilmu bersinergi untuk menyingkap apa yang sesungguhnya terjadi tentang rupa geologi dan peradaban masa silamnya. Mereka mencoba mengungkap peradaban besi kawasan ini, tidak hanya dilakukan di darat tetapi juga di bawah ketenangan air Danau Matano.

Dari aspek geologi, kawasan Danau Matano merupakan danau tektonik purba yang menjadi danau terdalam di Asia Tenggara—hampir 600 meter. Luasnya lebih dari 16.000 hektare. Danau ini juga termasuk ke dalam Sistem Danau Malili, yang memiliki jalur gempa bumi aktif Sesar Matano. Panjang patahan ini sekitar 170 kilometer yang membentang dari arah barat laut ke tenggara. Seluruh kawasan Luwu Timur memiliki jalur sesar yang berpotensi gempa. Akhir Juli silam, aktivitas gempa di kawasan ini kembali meningkat.

Temuan bawah air menunjukkan banyak fragmen tembikar, alat serpih batu, tulang binatang, dan artefak logam. Interpretasi sementara diketahui bahwa situs ini sebelumnya berada di permukaan kemudian karena suatu peristiwa akhirnya tenggelam, diduga bahwa gempa bumi mungkin salah satu penyebabnya.

Baca Juga: Mengenal Keragaman Flora dan Fauna Endemik Danau Poso dan Sekitarnya

Seorang peneliti menemukan remah tembikar di dasar Danau Matano. Dari corak tembikar, tampaknya peradaban Matano telah memiliki teknologi tinggi untuk mengekspresikan citarasa seninya. (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)