Memahami Wisata Minat Khusus yang Menyasar Pejalan-pejalan Berkualitas

By Fathia Yasmine, Senin, 30 November 2020 | 23:28 WIB
Menikmati keindahan terumbu karang di kepuluan seribu. ()

Nationalgeographic.co.id – Pejalan yang kerap menjelajah ke luar negeri pastinya sudah sangat familiar dengan istilah wisata minat khusus. Jenis wisata ini tersegmentasi berdasarkan minat pejalannya.

Sebut saja wisata outback yang ditawarkan buat penggila petualangan di alam terbuka, wisata medis yang mengantar pejalan melihat kemutakhiran pengobatan di sebuah negara, hingga wisata sejarah, kuliner, dan masih banyak lagi.

Di Indonesia, jenis wisata ini telah mulai dikembangkan dengan mengedepankan wisata petualangan. 

Jenis wisata ini dikembangkan untuk menyasar pejalan-pejalan yang lebih berkualitas, yang artinnya mendambakan pengalaman wisata premium sesuai minat. Oleh sebab pengalaman yang dicari, wisatawan berkualitas tidak sensitif harga.

Melansir dari Kompas.com (29/2/2020), Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengatakan, pejalan berkualitas adalah mereka yang rela menghabiskan banyak pengeluaran untuk menikmati wisata. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan minat khusus.

“Mengincar turis berkualitas bisa mendorong pendapatan industri pariwisata. Tak lagi hanya mengutamakan kuantitas wisatawan yang datang tetapi kualitasnya,” ujar Sukamdani.

Baca Juga: Deretan Destinasi untuk Menikmati Petualangan Luar Biasa di Indonesia

Menurut Sukamdani, wisata minat khusus merupakan pasar yang sangat niche tetapi menjadi ceruk yang potensial untuk dikembangkan. Indonesia pun punya potensi untuk mengembangkan destinasi-destinasi semacam ini.

Kondisi alam dan keragaman budaya masyarakat setempat dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan ke Indonesia. Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah mengembangkan beberapa destinasi yang berlokasi di NTT, NTB, Jawa Timur, dan Papua  Barat.

Beberapa di antaranya adalah destinasi superpremium Labuan Bajo, Banyuwangi, Mandalika, dan Raja Ampat.

Jadi alternatif wisata pasca-pandemi

Wisata minat khusus menjadi salah satu alternatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam mendongkrak kembali geliat pariwisata di Tanah Air.

Pasalnya, pandemi Covid-19 juga turut mengubah pola dan gaya berwisata pejalan. Pasca pandemi diprediksi wisata yang dilakukan dengan bertualang di alam terbuka akan lebih diminati. Selain minim kontak fisik dan lebih mudah untuk menjaga jarak, kemungkinan penularan virus di udara terbuka pun lebih kecil.

Mengutip dari Kontan.co.id (14/11/2020), Direktur Promosi Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Adella Raung menjelaskan, minat yang tinggi akan wisata minat khusus ini dapat dimanfaatkan sebagai rebound industri pariwisata usai pandemi Covid-19.  

“Kemenparekraf berupaya untuk mengaktifkan kembali wisata petualangan di Indonesia, dan juga menggerakkan kembali ekonomi pariwisata kita. Terlebih dengan pola perjalanan saat ini, wisatawan lebih memilih ke tempat wisata dengan konsep terbuka atau fresh air serta menghindari kerumunan,” ujarnya.

Baca Juga: Akankah Perjalanan Wisata Minat Khusus Kian Digemari Pascapandemi?

Demi memastikan kenyamanan dan keamanan wisatawan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun mengharuskan diterapkannya protokol cleanliness, health, safety, dan environment (CHSE) dalam kegiatan wisata.

Sebagai informasi, CHSE merupakan standar yang menjamin kegiatan wisata dilakukan dengan memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan, keamanan, dan sadar lingkungan. Layanan dari pelaku industri wisata maupun perilaku pejalan harus sesuai dengan protokol tersebut.

Saat ini Kemenparekraf telah melakukan finalisasi protokol di bidang hotel, restoran, homestay, agen perjalanan wisata, dan rumah makan. Protokol kesehatan yang lain masih dalam tahap pembahasan dan finalisasi.