Janji Bagi Nusa Bunga

By National Geographic Indonesia, Kamis, 7 Januari 2021 | 21:31 WIB
Menjelajahi padang sabana di Nusa Bunga. (Valentino Luis/National Geographic Traveler)

(National Geographic Traveler)

Luis, Luis, Luis. Ini Konyol. Saya tiba di Ende, di rumah almarhum kakek dan berjumpa beberapa “kembaran.” Memang, begitu tahu saya datang, keluarga ayah ramai bermunculan. Tetapi, bagaimana bisa beberapa orang dalam satu garis keturunan menggunakan nama yang sama? Padahal Luis itu sejatinya bukan nama marga kami. Kakek agaknya memiliki kharisma tersendiri sehingga selain ayah, paman-paman pun turut memberi anaknya dengan nama serupa. Saat makan bersama, kami bersila di balai bambu dan memakai arah mata angin sebagai petunjuk “Luis yang mana? Luis utara, Luis selatan, Luis timur, atau Luis barat?” Saya dan sepupu-sepupu bermufakat untuk tetap melestarikan identifikasi baru itu. Baiklah, mulai sekarang dan seterusnya saya akan memakai nama Luis-Timur!

Suka cita kami berlanjut hingga malam hari. Para paman menggelar acara kecil sebagai penyambutan akan hadirnya saya. Puncaknya diisi tarian adat yang melibatkan banyak orang, tetangga-tetangga turut terlibat. Tarian massal ini dinamakan Gawi, dan aslinya betul-betul diciptakan untuk mempererat ikatan kekerabatan, dalam bahasa setempatnya disebut To’o Lei Po’o, Mbana Lei Meja. Koreografinya seperti demikian; semua orang membentuk lingkaran dengan berpegangan tangan, gerakannya mudah diikuti karena dilakukan berulang-ulang, berfokus pada entakan kaki. Seorang pria menjadi pemimpin di tengah-tengah. Tak sekadar memimpin, dia harus melagukan syair-syair doa dalam nada tritonus yang sudah jarang dijumpai. Menurut paman, syair-syair tersebut dahulu dipandang sebagai kitab suci lisan.

Seminggu waktu saya habiskan bersama keluarga. Begitu banyak kisah lucu masa kecil ayah yang diperdengarkan. Saya diajak ke Pantai Nangapanda yang penuh bebatuan biru hijau, dan tentunya ke Danau Kelimutu. Rencana penelusuran hingga ke Larantuka dan Lembata pun batal.

“Itu pertanda kamu harus kembali lagi ke mari. Nusa Bunga tidak cukup dijajal dalam waktu tiga minggu,” Paman Roy mengatakan. Saya menyetujui ucapannya. Dan, saya telah mengucap janji hati: kapan pun saya akan kembali ke tanah leluhur saya dan bangga menyebut diri sebagai orang Flores—selamanya.

UNTOLD FLORES merupakan perjalanan untuk menyingkap sejarah, budaya, alam, dan cerita manusia di Flores, Nusa Tenggara Timur. Tujuannya, membangkitkan gairah perjalanan wisata berbasiskan narasi tentang sebuah tempat, sekaligus membangun kesadaran warga dan pejalan tentang pentingnya memuliakan nilai-nilai kampung halaman. Gagasan ini merupakan bagian penugasan National Geographic Indonesia, yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.