Dua golongan tersebut tampak pandai dalam mentukan harga tawar dari hadiahnya. Ketika para staf kuil menyodorkan beberapa umpan makanan, para monyet tak langsung memberikan barang curian mereka. Melainkan menunggu untuk porsi dan nilai hadiah makanan yang lebih tinggi.
Hasil temuan ini menjadi pendukung dugaan awal mereka bahwa interaksi pencurian benda dan hasil barter adalah perilaku kompleks dalam mempelajari persepsi, dan bertindak pada monyet. Tindakan mereka didasari dari mencontoh individu yang lebih dahulu melakukannya, lalu mencoba-coba sendiri, hingga menjadi pengalaman tersendiri.
“Patut dicatat bahwa pengembangan kemahiran tingkat monyet dewasa dalam mencuri / barter tidak hanya bergantung pada pembelajaran keterampilan (misalnya, deteksi, pendekatan licik, pengendalian diri), tetapi mungkin juga dibatasi oleh pematangan fisik,” terang peneliti.
Kemampuan kognitif monyet sub-dewasa dan dewasa dalam membangun strategi barter, menurut para ilmuwan, merupakan kemampuan mengontrol diri dan tempramen yang baik untuk mendapatkan barang yang disukainya.
“Tindakan yang spesifik pada populasi, luas, lintas generasi, terpelajar dan dipengaruhi secara sosial ini mungkin merupakan contoh pertama dari benda ekonomis dipelihara secara budaya pada hewan yang berkeliaran bebas,” tulis penulis para peneliti.
Mereka berharap akan ada lagi penelitian serupa untuk membuat perbandingan antara monyet Uluwatu dan primate non-manusia lainnya yang berkaitan dengan pengambilan benda berharga. Tentunya, jika diadakan pasti hasilnya akan mengarahkan para ilmuwan untuk memahami asal-usul perbandingan harga atau moneter pada evolusi menusia.