Bencana akibat Mencairnya Gletser Himalaya Itu Sudah Diwanti-wanti

By Utomo Priyambodo, Kamis, 11 Februari 2021 | 11:07 WIB
Banjir bandang dan longsor akibat mencairnya gletser Himalaya. ()

Nationalgeographic.co.id—18 orang ditemukan tewas dan 200 orang lainnya masih hilang setelah diterjang oleh longsor dan banjir bandang akibat mencairnya gletser Himalaya pada Minggu (7/2/2021). Banjir dan longsor akibat hancurnya potongan gletser itu menyapu dua bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di dekatnya.

Video yang direkam oleh para saksi mata menunjukkan luapan banjir dan longsor bergerak melalui lembah berbatu di Uttarakhand, sebuah negara bagian India di Himalaya yang berbatasan dengan Tiongkok dan Nepal. Banjir bandang dan longsor tersebut kemudian menghancurkan bendungan dengan hantaman batu, lumpur, es, dan puing-puing yang dibawanya.

Banyak dari mereka yang hilang diyakini merupakan karyawan yang bekerja di dua bendungan tersebut, menurut laporan berita sebagai dilansir Live Science. Belasan pekerja berhasil diselamatkan dari terowongan bendungan yang juga dilanda banjir tersebut, tetapi 40 orang lainnya mungkin masih terjebak di terowongan bendungan lainnya.

Banjir dan longsor salju mulai terjadi sekitar pukul 10:45 waktu setempat  pada hari Minggu, ketika bagian dari gletser Nanda Devi patah dari puncaknya yang tinggi dan kemudian jatuh ke sungai di bawahnya. Gletser itu berada di atas gunung Nanda Devi, menjulang setinggi lebih dari 25.600 kaki atau sekitar 7.800 meter. Nanda Devi adalah gunung tertinggi kedua di India.

Baca Juga: Tak Hanya Curah Hujan, Turunnya Tanah jadi Penyebab Banjir di Semarang

Pihak berwenang India masih menyelidiki penyebab longsoran salju tersebut. Namun, gletser Himalaya di Uttarakhand memang dikenal sangat rapuh, dan perubahan iklim telah mempercepat laju pencairannya secara signifikan.

Para ilmuwan sebenarnya juga sudah mewanti-wanti sejak jauh-jauh hari terkait bencana besar yang dapat timbul akibat mencairnya gletser pegunungan Himalaya. “Mencairnya gletser di Himalaya secara bertahap telah melahirkan lebih dari 5.000 danau yang tidak stabil,” ungkap para peneliti dari University of Potsdam di Jerman pada Januari 2020.

“Ketika danau-danau tersebut meluap, banjir akan memberikan dampak sosial dan bencana geomorfik yang besar,” imbuh mereka dalam laporan penelitian yang telah dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences tahun lalu.

Untuk membuat proyeksi mengenai mencairnya gletser di Himalaya, tim peneliti melakukan 5,4 miliar simulasi menggunakan data satelit dan topografi. Hasilnya menunjukkan bahwa morain atau endapan batu di sekitar 5.000 danau glasial di sana sudah tidak stabil akibat kenaikan suhu.

Baca Juga: Riset Ungkap Kenapa Banjir di Indonesia Terjadi Lebih Sering dan Parah

Dengan ancaman perubahan iklim yang semakin besar, para peneliti mengatakan bahwa bahaya di masa depan perlu diperhitungkan. Apalagi dengan faktor risiko tambahan seperti peningkatan jumlah populasi, bangunan, dan proyek pembangkit listrik tenaga air di Himalaya.

"Proyeksi regional terkait sungai Indus, Gangga, dan Brahmaputra (di India) membuat frekuensi banjir akan meningkat secara nyata pada abad ke-21, menempatkan mata pencaharian 220 juta orang dalam bahaya," catat para peneliti.

Saat ini, banjir monsun adalah salah satu bahaya alam yang paling merusak di wilayah tersebut dan pegunungan di dekatnya. (Sebelumnya, wilayah Uttarakhand pernah mengalami tragedi besar pada tahun 2013, ketika rekor curah hujan monsun memicu banjir yang menewaskan sekitar 6.000 orang. Bencana yang disebut "tsunami Himalaya" itu melenyapkan banyak desa, jembatan, dan jalan dari peta dunia.) Namun di masa depan, masyarakat yang tinggal di hilir mungkin akan mengalami banjir gletser yang lebih parah. Bencana ini akan menimbulkan kerugian bagi manusia dan hewan ternak.

Beberapa studi sebelumnya juga menyatakan bahwa dua per tiga gletser Himalaya akan semakin mencair satu dekade mendatang. Ini bukan pertanda baik bagi stabilitas danau-danau yang terbentuk akibat mencairnya gletser. Terutama danau-danau yang berada di Himalaya Timur dan memiliki risiko bahaya tiga kali lipat daripada area lain.