Fosil Megalodon dan Hewan Laut Purba Lainnya Ditemukan di Sukabumi

By Utomo Priyambodo, Rabu, 17 Februari 2021 | 06:00 WIB
Ilustrasi 3D hiu megalodon yang sudah punah. (Warpaintcobra/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Suatu hari di bulan Maret 2020 sekelompok warga Desa Gunung Sungging sedang melakukan pemetakan sawah di sebuah lahan kosong. Di desa yang berada di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, itu ada banyak lahan kosong yang belum terjamah. Warga setempat biasanya akan memanfaatkannya untuk dijadikan sawah atau kebun.

Namun hari itu mereka beberapa benda yang tak biasa dari dalam lapisan tanah di lahan kosong tersebut. Huntu gelap, mereka menyebut benda tersebut. Dalam bahasa Sunda, huntu artinya gigi, sedangkan gelap artinya petir. Ya, yang mereka temukan adalah gigi petir, sebutan itu merujuk pada gigi berukuran raksasa atau sangat besar yang diduga merupakan milik hewan purba.

Belakangan, gigi-gigi petir itu diketahui merupakan milik hiu putih raksasa purba yang sudah punah jutaan tahun lalu. Hiu putih raksasa itu disebut sebagai megalodon.

Penelitian geologi dan paleontologi yang dilakukan oleh para peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan Museum Geologi Bandung telah mengungkap bahwa Sukabumi merupakan wilayah yang kaya oleh fosil-fosil hewan prasejarah. Di Desa Gunung Sungging sendiri, setidaknya sudah ada lima titik lokasi tempat ditemukannya fosil fauna laut purba. Selain di wilayah Desa Gunung Sungging atau Kecamatan Surade, wilayah Sukabumi lainnya yang menjadi titik-titik penemuan fosil-fosil satwa laut purba adalah Kecamatan Jampang dan Kecamatan Ciracap.

“Berdasarkan penelitian geologi dan paleontologi, daerah Jampang dan Sukabumi ini sangat menarik sekali. Karena daerah Jampang dan Sukabumi ini yang kita lihat adalah daratan, bahkan di beberapa tempat sudah jadi dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan, tapi bukti-bukti geologi dan bukti-bukti paleontologi yang didapatkan membuktikan bahwa banyak daerah di Jampang dan Sukabumi itu dulunya itu merupakan laut, bahkan beberapa itu merupakan laut yang relatif dalam, bisa mencapai lebih dari 100 meter kedalaman,” ujar Dr. Aswan, peneliti geologi dari Institut Teknologi Bandung dalam acara Collection Talk: Jejak Kehidupan Laut Purba Jampang Sukabumi pada Senin (15/2/2021).

Dari atas ke bawah: deretan fosil tulang belakang paus purba, fosil gigi megalodon, dan fosil moluska laut purba. (Museum Geologi Bandung)

 

Aswan menjelaskan bahwa beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Jampang dan Sukabumi sebelum 35 juta tahun lalu atau pada periode Eosen merupakan daratan. Namun pada 35 juta tahun lalu daerah tersebut berubah menjadi lautan. Barulah pada 5 juta tahun lalu daerah tersebut berubah lagi kembali menjadi daratan.

Penggalian geologi dan paleontologi di daerah Sukabumi itu berhasil mendapatkan sejumlah fosil hewan laut purba. Antara lain fosil-fosil moluska purba yang bentuknya mirip kerang zaman sekarang. Fosil-fosil moluska laut purba ini diperkirakan hidup pada 13 juta atau 12 juta tahun lalu.

Baca Juga: Bocah Empat Tahun Tak Sengaja Temukan Jejak Kaki Dinosaurus di Pantai

Selain fosil-fosil moluska laut, di Sukabumi juga ditemukan fosil tulang belakang paus purba. Diperkirakan, paus tersebut hidup sekitar 8 juta hingga 5 juta tahun lalu. Di samping itu, ditemukan pula fosil gigi-gigi hiu putih raksasa purba atau megalodon. Para peneliti meyakini salah satu mangsa dari megalodon tersebut adalah paus purba yang disebutkan sebelumnya.

“Ini semakin membuktikan bahwa daerah Sukabumi itu dulunya adalah laut,” tegas Aswan.

Fosil gigi megalodon. (Museum Geologi Bandung)

Iwan Kurniawan, Plt Kepala Museum Geologi Bandung menambahkan bahwa paus purba tersebut berjenis Balaenoptera, sedangkan megalodon tersebut termasuk ke dalam famili Otodontidae. Bagian fosil paus purba yang ditemukan di Sukabumi antara lain pecahan tengkoraknya, rahangnya, dan ruas-ruas tulang belakang.

“(Ukuran) paus ini tidak begitu besar. Usianya masih muda (ketika mati). Ditemukan pada 2017 dan kini menjadi koleksi Museum Geologi,” ujar Iwan.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Spesies yang Masih Berkaitan dengan T. Rex

Adapun terkait fosil megalodon yang ditemukan, Iwan mengatakan ukurannya sangat besar dan ini adalah sesuatu yang sangat berharga. “Megalodon ini kan tidak banyak. Di Indonesia itu yang ditemukan (besar) hanya di Surade. Ada beberapa juga (fosil Megalodon) yang kita temukan, tapi secara ukuran itu kecil. Salah satunya itu di Bojonegoro. Penemuan di Bojonegoro itu kecil kalau dibandingkan di Surade atau Sukabumi.”

Fosil gigi megalodon. (Museum Geologi Bandung)

Iwan mengatakan sejauh ini sudah ada 64 fosil vertebrata purba atau hewan bertulang belakang prasejarah yang ditemukan daerah Surade, Sukabumi, termasuk megalodon dan paus purba. Fosil-fosil yang kemudian menjadi koleksi Museum Geologi Bandung ini otomatis menjadi milik negara dan kekayaan dunia. Iwan berharap Museum Geologi bisa bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk melakukan konservasi terhadap fosil-fosil prasejarah yang sangat berharga itu dan temuan-temuan lainnya ke depan.

 

Warga Desa Gunung Sungging, Kecamatan Surade, berharap bisa memiliki museum di daerah mereka sendiri. Mereka berharap pemerintah daerah setempat dapat membangun museum fosil hewan-hewan laut purba di daerah mereka ini agar bisa menjadi tempat wisata edukasi yang mendatangkan banyak wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Harapannya, kedatangan wisatawan yang entah ingin mempelajari atau sekadar melihat-lihat fosil tersebut dapat juga meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Baca Juga: Temuan Fosil Stegodon trigonocephalus di Sumedang Siap Direkonstruksi

“Jadi biar peneliti-peneliti itu meneliti hal ini di wilayah kita ini,” kata Evi Yuliani, salah satu warga Desa Gunung Sungging. “Kan dari situ secara otomatis penghasilan masyarakat di sini bertambah dengan adanya museum ini.”

“Salah satunya, mungkin, mereka datang ke sini dengan membawa perut yang kosong, warga sini yang menyediakan makannya. Mereka pun mungkin pulangnya ingin membawa oleh-oleh. Nah secara otomatis UMKM kita di sini terangkat,” harap Evi.