Firaun Mesir Ini Mati secara Brutal di Medan Perang. Siapakah Dia?

By Utomo Priyambodo, Jumat, 19 Februari 2021 | 11:00 WIB
Kondisi mumi Firaun Mesir Seqenenre Taa II yang terdapat banyak luka di bagian kepalanya. (Sahar Saleem)

Seqenenre Taa II (dieja Seqenenre Tao II) adalah penguasa Mesir selatan antara tahun 1558 Sebelum Masehi (SM) dan 1553 SM, selama pendudukan Mesir oleh Hyksos. Hykos adalah orang-orang yang mungkin berasal dari Levant.

Baca Juga: Penemuan Mumi Lumpur Langka dari Mesir Kuno Kejutkan Para Arkeolog

Hyksos menguasai Mesir utara dan juga menarik upeti dari bagian selatan kerajaan. Menurut laporan papirus –catatan Mesir kuno-- yang terpisah-pisah, Seqenenre Taa II memberontak terhadap penjajah setelah menerima keluhan dari Raja Hyksos bahwa suara kuda nil di kolam suci di Thebes mengganggu tidurnya. Raja tinggal di ibu kota Avaris, 400 mil (644 kilometer) jauhnya dari Thebes. Atas tuduhan yang dibuat-buat ini, Raja Hyksos menuntut kolam suci dihancurkan dan ini merupakan penghinaan besar bagi Seqenenre Taa II.

Penghinaan ini mungkin merupakan awal dari perang. Teks pada lempengan batu berukir yang ditemukan di Thebes menceritakan bahwa putra Seqenenre Taa II dan penerus langsungnya, Kamose, tewas dalam pertempuran melawan Hyksos.

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Seqenenre Taa II, bahkan setelah muminya ditemukan pada tahun 1886. Para arkeolog melihat luka di tengkorak dan berspekulasi bahwa dia telah terbunuh dalam pertempuran atau mungkin dibunuh dalam kudeta istana.

Studi terbaru dengan menggunakan pemindaian sinar-X dari berbagai sudut ini akhirnya berhasil merekonstruksi tubuh mumi firaun itu dalam gambar 3D yang detail. Jenazah firaun ini ternyata berada dalam kondisi yang buruk. Tulang-tulangnya sudah patah dan bagian kepalanya terlepas dari bagian tubuh lainnya.

Baca Juga: Mumi Berlidah Emas Ditemukan di Situs Mesir Kuno, Usianya 2.000 Tahun

Hasil CT scan terhadap mumi Seqenenre Taa II. (Sahar Saleem)

Kematian yang brutal

Meski kondisi muminya sudah rusak, bekas luka-luka di bagian tengkoraknya masih mampu menceritakan kisah kematiannya yang brutal. Tengkorak firaun ini memiliki potongan sepanjang 2,75 inci (7 sentimeter) di dahinya, yang kemungkinan besar dihasilkan dari ayunan kapak atau pukulan pedang dari atas. Luka di dahi ini saja bisa berakibat fatal.

 

Namun, masih ada bekas potongan lain yang berpotensi mematikan juga di atas mata kanan firaun ini dengan panjang 1,25 inci (3,2 cm) dan kemungkinan juga dibuat dengan kapak. Selain itu, ada banyak luka di hidung, mata kanan, dan pipi kanan yang berasal dari serangan dari kanan dan dari atas dan mungkin serangan-serangan ini dilakukan dengan pegangan kapak atau tongkat tumpul, kata para peneliti.

Sementara itu, seseorang di depan sang firaun tampaknya mengayunkan pedang atau kapak ke pipi kiri firaun, meninggalkan potongan dalam lagi. Dari kiri, sebuah senjata lain --mungkin tombak--- menembus dasar tengkoraknya, meninggalkan luka sepanjang 1,4 inci (3,5 cm).

Baca Juga: Misteri Mumi Kerdil Gunung San Pedro yang Misterius Hingga Saat Ini

hasil CT scan bagian tengkorak mumi Seqenenre Taa II. (Sahar Saleem)

Yang menarik, tangan mumi firaun ini dalam kondisi menekuk dan mengepal, serta tidak ada cedera defensif di lengannya. Kondisi ini membuat para peneliti menduga kuat bahwa mungkin tangan Seqenenre Taa II sedang terikat ketika dia sedang disiksa hingga meninggal. Dia mungkin telah ditangkap di medan perang dan dieksekusi oleh banyak penyerang, kata Saleem.

Sebelumnya, para arkeolog abad ke-19 yang menemukan mumi Seqenenre Taa II melaporkan bau busuk ketika mereka membuka peti mati mumi ini. Hal ini membuat mereka curiga bahwa mumi ini dibalsem dengan tergesa-gesa di medan perang.

Namun fakta dari hasil studi terbaru bahwa para pembalsem mumi terbukti mencoba untuk menambal luka tengkorak Seqenenre Taa II itu menunjukkan bahwa dia tidak dibalsem dengan tergesa-gesa, tulis para peneliti dalam laporan hasil studi mereka yang telah diterbitkan di jurnal Frontiers in Medicine pada 17 Februari 2021.

Seqenenre Taa II mungkin telah kehilangan nyawanya dalam pertempuran. Namun sejarah mencatat, sang penerus akhirnya memenangi perang. Setelah Kamose meninggal, permaisuri Seqenenre Taa II yang bernama Ahhotep I kemungkinan besar menggantikan posisinya. Ketika putra dari Seqenenre Taa II dan Ahhotep I, yakni Ahmose I,  beranjak dewasa, dia mewarisi takhta dan akhirnya mengusir penjajah asing itu. Ahmose I kemudian menyatukan Mesir dan meluncurkan Kerajaan Baru, periode kekuasaan puncak Mesir kuno antara abad 16 SM dan 11 SM.