Muda-Mudi Hikikomori Enggan Bersosialisasi, Orang Tua Terbebani

By Utomo Priyambodo, Rabu, 24 Februari 2021 | 12:00 WIB
Istilah hikikomori sendiri berasal dari kata kerja hiki yang artinya “menarik” dan komori yang berarti “berada di dalam”. Istilah ini diciptakan pada tahun 1998 oleh psikiater Jepang bernama Profesor Tamaki Saito. (Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Seorang anak laki-laki Jepang berusia 14 tahun tiba-tiba mengeluh tidak ingin bersekolah. Dia tidak memiliki masalah atau kesulitan yang berarti selama sekolah dasar, tetapi tiba-tiba dan tanpa pemicu yang jelas, dia berhenti bersekolah di kuartal terakhir tahun pertama sekolah menengah pertamanya. Dia juga berhenti mencoba belajar.

Orang tuanya menjadi prihatin dan mulai mencari bantuan dari psikiater. Pada saat evaluasi awal oleh pskiater, si anak tercatat memiliki tingkat kebersihan dan perawatan yang normal. Dia menyapa dokter tersebut dan menanggapi pertanyaan dengan tepat, tetapi menyatakan, "Saya hanya tidak ingin pergi ke sekolah."

Anak itu tidak memiliki catatan riwayat kesehatan yang berat. Dia hanya sempat telat bicara waktu kecil. Kata-kata pertamanya terlambat dibandingkan dengan teman sebayanya, dan dia tidak menggunakan struktur tata bahasa termasuk partikel seperti "to" sampai usia enam tahun.

Dari riwayat keluarganya, ibu si anak yang berusia 48 tahun pernah mengalami gangguan panik dan dirawat oleh psikiater. Ayah pasien, juga berusia 48 tahun, dan kakak laki-lakinya, 16 tahun, keduanya sehat.

Baca Juga: Jumlah Orang Hikikomori Diprediksi Meningkat Pasca Pandemi COVID-19

Hasil pengujian laboratorium rutin (termasuk tes darah lengkap, panel kimia dasar, enzim hati, dan urinalisis) terhadap anak laki-laki itu berada dalam batas normal. Dari hasil pengujian neuropsikiatri, total IQ pasien adalah 88, dibagi lagi menjadi 75 dan 106 masing-masing untuk subskala verbal dan kinerja, berdasarkan Wechsler Intelligence Scale Third for Children Third Edition (WISC-III).