"Gambar kanguru ikonik ini secara visual mirip dengan lukisan batu dari pulau-pulau di Asia Tenggara yang berasal dari lebih dari 40.000 tahun yang lalu, [yang] menunjukkan hubungan budaya— dan menunjukkan seni cadas yang lebih tua di Australia," kata Dr. Ouzman, kepala proyek studi dari University of Western Australia.
Selama periode naturalistik pada 17.000 tahun yang lalu, permukaan laut 106 meter lebih rendah dari sekarang. Para peneliti memperkirakan, rendahnya permukaan mengakibatkan Australia 300 kilometer lebih jauh setengahnya ke Pulau Timor.
Baca Juga: Fosil Cumi-cumi Vampir Langka Ditemukan Kembali Setelah Lama 'Hilang'
Ketika memasuki periode Gwion pada 12.000 tahun yang lalu yang mengakibatkan laut naik berada 55 meter dari permukaan kini, mengakibatkan penyesuaian jangka panjang pada hubungan sosial dan masyarakat sekitar.
"Pada saat itulah para pelukis Aborigin menggambarkan sosok manusia yang dihias dengan tinggi, sangat mirip dengan foto-foto pakaian upacara Aborigin awal abad ke-20. Sementara tumbuhan dan hewan masih dilukis, sosok manusia jelas merupakan subjek yang paling populer," tulis para peneliti.
Studi yang berbasis di Kimberley ini merupakan bagian dari proyek penanggalan seni cadas terbesar di Australia. Proyek itu dipimpin oleh Andy Gleadow dari University of Melbourne dan melibatkan Aborigin Balanggara Corporation, universitas-universitas di Australia Barat, Wollonggong, Manchester, dan organisasi sains Australia lainnya.
Lewat laporan studinya, para peneliti berencana untuk mengembangkan skala waktu lukisan cadas Aborigin di Kimberley lainnya. Tujuannya untuk mengetahui lebih lanjut tentang sarang tawon yang berhubungan dengan lukisan cadas secara akurat, dan periode dimulainya gaya naturalistik itu.
Mereka memperkirakan, bahwa sangat mungkin pada studi di masa depan akan menemukan lukisan cadas yang lebih tua.