Kemandirian Kucing Sebabkan Mereka Lebih Apatis daripada Anjing

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 4 Maret 2021 | 19:00 WIB
Ilustrasi kucing liar. (Mitsuaki Iwago/ National Geographic Creative)

Nationalgeographic.co.id—Kucing dan anjing adalah hewan yang sering dipelihara di Indonesia. Terbukti dalam survei yang dilakukan oleh World Society for the Protection of Animal (WSPA), terdapat 8 juta populasi anjing, dan 15 juta kucing dipelihara oleh orang Indonesia.

Perkembangannya pun meningkat selama 5 tahun hingga 2007. Proporsinya: 22% pada anjing dan 66% pada kucing.

Meski kucing lebih banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia, tetapi tampaknya ia kerap tak patuh pada majikannya.

Pandji Pragiwaksono, seorang komedian, mengungkapkan keresahannya di penampilan tur komedinya yang ke-5 pada 2019: "Kucing itu ga ngerasa dirinya hewan peliharaan kelihatannya. Lo panggil juga enggak datang. Dia enggak peduli sama lo, [tidak] peduli sama kehidupan lo."

The Dodo, saluran YouTube yang membahas hewan itu, menampilkan konten mengenai tentara yang pulang dan disambut oleh hewan peliharaannya. Pada konten jumpa rindu antara majikan dan hewan peliharaan, hanya diisi antara manusia dengan anjing, tak ada satupun dengan kucing.

Baca Juga: Studi: Bermain dengan Anjing dan Kucing Bagus untuk Redakan Stres

"Tahu enggak kenapa? [Karena kucing-kucing] enggak peduli [dengan majikannya]!" risaunya.

Dua peneliti dari University of Lincoln, Alice Potter dan Daniel Simon Mills, dalam jurnal PLOS ONE mengungkapkan alasannya. Menurut mereka, kucing memiliki sifat yang mandiri, bahkan dalam hubungan sosialnya. Sehingga mereka tidak selalu bergantung pada orang lain untuk mmeberikan rasa keterikatan dan perlindungan.

Meski pada studi sebelumnya, menyebutkan kucing juga menunjukkan kecemasan ketika ditinggal sendiri oleh pemiliknya, seperti yang dilakukan anjing. Tetapi berdasarkan studi yang dilakukan Potter dan Mills, kucing jauh lebih mandiri menghadapi situasi itu daripada anjing.

"Tampaknya apa yang kita tafsirkan sebagai kecemasan akan perpisahan sebenarnya adalah tanda-tanda frustrasi," terang Mills dalam rilis universitas.

Untuk mendapatkan hasil itu, para peneliti mengamati hubungan sejumlah kucing dengan pemiliknya. Mereka juga menempatkan kucing peliharaan itu di lingkungan yang tidak dikenal bersama dengan pemiliknya, dengan orang asing, dan sendirian.

Dalam rangkaian pengamatan, mereka mengamati tiga karakteristik kucing; jumlah kontak yang dicari oleh kucing, tingkat perilaku pasif, dan tanda-tanda kesulitan yang disebabkan absennya pemilik.