Catatan-catatan Awal Para Pejalan Perempuan Indonesia. Siapa Mereka?

By Utomo Priyambodo, Kamis, 4 Maret 2021 | 20:26 WIB
Beberapa dekade silam, para pejalan perempuan bisa merekam situasi dan peristiwa dengan sangat baik, bahkan lantang dan kritis. (byheaven/Thinkstock)

 

Nationalgeographic.co.id—Nyonya Aulia-Salim mengaku terkejut ketika dirinya berada di Kota Birmingham, Alabama, Amerika Serikat. Dia melihat adanya pemisahan yang keras antara warga kulit putih dan warga kulit hitam di sana.

“Pada beberapa tempat kami membatja: “For black only” dan “For white only”. Geredja berlainan, sekolah berlainan, rumah sakit atau ruangan di rumah-rumah sakit besar berlainan,” catat Nyonya Aulia-Salim.

Nyonya Aulia-Salim melihat, isu rasialisme di Negeri Paman Sam telah membuat bangsa kulit hitam dan bangsa kulit putih terpisahkan dalam segala aspek dan bidang. “Hingga supir-supir taxi orang putih tidak dibolehkan membawa penumpang bangsa Negro,” tulisnya.

Nyonya Aulia-Salim tinggal di Amerika Serikat untuk menemani suaminya yang beprofesi sebagai diplomat dari Indonesia. Dia menceritakan bahwa suaminya menderita karena segregasi akibat masalah rasialisme di sana.

Baca Juga: Hajjah Rangkayo Rasuna Said, 'Singa Betina' yang Hidup di Tiga Masa

Sewaktu suaminya hendak naik taxi untuk pergi ke rumah sakit, sopir taxinya yang merupakan warga kulit putih bersikap agak ragu-ragu saat melihat warna kulit suaminya yang sawo matang khas orang Indonesia. Bukan kulit putih, bukan pula kulit hitam.

“Ketika hendak naik ke dalam suatu taxi, supirnja agak tertegun sebelum membukakan pintu autonja. Dengan pandangan jang rupanya ragu-ragu diperhatikannja benar dahulu muka beliau. Sesudah sedjurus barulah disuruhnja naik dengan perkatataan: 'Get in',” tulis Nyonya Aulia-Salim.

Tindakan pengemudi taksi itu, menurut Nyonya Aulia-Salim, sangatlah kasar. Namun karena hari sudah siang dan panas, sang suami tidak mengindahkan perlakuan sopir itu. Sesudah sampai di rumah sakit yang dituju, barulah sang suami bertanya kepada pengemudi itu.

“’Apa sebabnja kamu ragu-ragu tadi nampaknja, sebelum membukakan pintu auto?’ Dijawab supir taxi: ‘Mulanja saja sangka tuan bangsa Negro. Kami tak boleh membawa bangsa Negro.’”

Baca Juga: Martha Tiahahu, Perempuan yang Jadi Panglima Perang di Usia 17 Tahun