Proyek Elon Musk di Papua Dinilai Dapat Mengancam Lingkungan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 11 Maret 2021 | 10:00 WIB
Tarian adat membuka Festival Munara Wampasi di Biak, Papua, pada Selasa (20/8) lalu. Festival ini me (Zika Zakiya)

Nationalgeographic.co.id - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengakui sempat bertemu dengan pihak Space Technologies Corporation (SpaceX) membahas bandar antariksa di Biak, Papua. Pertemuan itu terjadi pada Space Symposium ke-35 di Colorado, Amerika serikat, 8-11 April 2019.

Dilansir dari CNN Indonesia, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menyebut alasan Elon Musk memilih Indonesia dan menawarkan pada presiden Joko Widodo, karena wilayah khatulistiwa merupkan lokasi terbaik untuk peluncuran antariksa.

Kemudian pada 12 Desember 2020, lewat rilis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, permintaan itu ditanggapi oleh presiden dan berbuah perencanaan pengiriman timnya ke Indonesia pada Januari 2021.

Pembahasan itu dilakukan Joko Widodo didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Padjaitan lewat telepon dengan Elon Musk selaku CEO SpaceX. Sambungan telepon pada 11 Desember 2020 itu, membahas peluang investasi Tesla di Indonesia.

Baca Juga: Tesla, Mobil Berisi Segudang Bakteri Bumi yang Mengancam Planet Mars

Dilansir dari Kompas.com, pertemuan Jokowi dan Luhut dengan Elon Musk selain membahas pembangunan wahana antariksa, dan menawarkan Tesla ke Indonesia untuk berinvestasi, juga membahas soal pembangunan baterai kendaraan listrik.

Tesla Inc pun telah memutuskan untuk jadi mitra teknis di tambang nikel di Indonesia, untuk menambah cadangan jangka panjang lithium-ionnya, selain di Kaledonia Baru. Selain itu juga, mereka mulai berinvestasi di Indonesia.

Dilansir dari The Guardian Musk, saat menghubungi pejabat Indonesia pada Juli 2020, telah menawarkan "kontrak raksasa untuk jangka waktu yang lama, jika Anda menambang nikel secara efisien dan dengan cara yang sensifit terhadap lingkungan,"

Kedepannya juga, dilansir dari BBC, Musk berencana meluncurkan 12.000 satelit pada 2026 untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi yang murah untuk masyarakat dunia. 

Musk juga berujar di Twitter pada Jumat (26/02/2021), "Nikel adalah perhatian terbesar kami untuk meningkatkan produksi sel lithium-ion. Itulah mengapa kami memindahkan mobil jenis standar ke katoda besi. Banyak zat besi (dan litium)!"

Kehadiran nikel di Papua dan seluruh Indonesia juga diungkap oleh para ilmuwan. Seperti, dalam International Journal of Energy Economics and Policy (Vol.9 No. 9 tahun 2019), sumber daya alam itu juga dimanfaatkan oleh perusahaan penyumbang nomor 2 nikel di dunia.

Pada rencana pembangunan bandar antariksa itu mendapatkan pertentangan oleh masyarakat Biak. Salah satu kepala suku di Biak, Manfun Sroyer berujar bahwa pembangunan itu dikhawatirkan mendorong deforestasi dan meningkatkan kehadiran militer Indonesia.

Seorang anak Biak bermain-main di tepi pantai belakang rumahnya (Gloria Samantha)

"Wahana peluncuran antariksa itu akan merugikan tempat perburuan tradisional kami, merusak alam tempat hidup kami bergantung. Tapi jika kami protes, kami bisa segera ditangkap," ujarnya dikutip dari The Guardian.

Berdasarkan data Forest Watch Indonesia, bahwa Papua kehilangan hutan 153.249 hektar per tahun, atau setara dengan dua kali luas Jakarta. Tingginya angka deforestasi diduga akibat banyaknya aktivitas ilegal yang memanfaatkan SDA hutan Papua.

Penyebab ini juga selaras dengan temuan yang diungkapkan oleh para ilmuwan dari City University of Hongkong, dalam laporan yang dibulikasikan di Enviromental Research Letter (Vol. 14 No. 2 tahun 2019).

Baca Juga: Penggundulan Hutan untuk Sawit di Indonesia Turun, tapi Banyak Catatan

 

"Di Papua, jalan [distribusi] kayu dan pembukaan hutan skala kecil yang diikuti oleh pertumbuhan kembali hutan sekunder bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga deforestasi, proporsi yang jauh lebih besar daripada yang diamati secara nasional," Austin dan tim pada laporan.

"Yang penting, deforestasi yang didorong oleh kelapa sawit dan perkebunan skala besar lainnya semakin penting selama periode penelitian, dan seiringan menjadi pendorong dominan deforestasi di Papua setelah 2013."

Selain SpaceX, Manfun mengungkapkan, bahwa Biak juga menjadi sasaran Roscosmos (badan antariksa Rusia) sejak 2002. Pengembangan situs oleh mereka juga akan dilakukan pada 2024.

"Namun protes yang pernah dilakukan oleh masyarakat Biak mengakibatkan penangkapan dan interogasi yang dihubungkan dengan gerakan separatisme," jelasnya.

Baca Juga: Kudeta Militer hingga Parpol, Mengapa Banyak Orang Haus Kekuasaan?

Terkait pengembangan pembangunan bandar antariksa, LAPAN menyebut bahwa lahan 100 hektar di Biak Utara sejak 1980-an. Lokasi itu juga idnilai ideal karena paling dekat dengan garis khatulistiwa dan pantai timur yang menghadap Samudera Pasifik.

Thomas Djamaluddin juga berujar, wahana bandar antariksa itu ditargetkan tahap awal rampung sebelum 2024. Sehingga, dapat memfasilitasi uji terbang roket bertingkat yang akan dikembangkan pihak LAPAN.

"LAPAN sudah bisa membuat satelit sendiri. Target selanjutnya meluncurkan satelit dengan roket buatan sendiri dan bandar antariksa di Indonesia," ujarnya pada Kompas.com (10/11/2019).

Terkait penolakan yang dilakukan masyarakat Papua—khususnya Biak, LAPAN berkomitmen untuk terus berkonsultasi secara intensif dengan masyarakat lokal seiring dengan pengembangan rencana bandar antariksa itu.